Minggu, 25 Mei 2014

Pendakian Gunung Prau 2565 Mdpl


Pendakian Gunung Prau, Dieng

Gunung selalu membuat gue termenung, meratapi hidup yang sebenarnya. Semua terlihat kecil diatas sini, rumah-rumah yang terlihat mewah dibawah tadi seakan seperti karikatur mini yang ada pada suatu maket. Saat gue melihat itu, saat itu pula gue membandingkan semuanya, Its True, Its Real, “God is an Architecture”. Lantas, apa arti seorang manusia di bumi ini ? hanya sebatas titik, atau bahkan tidak, mungkin kita seperti bakteri yang harus dilihat oleh mikroskop yang menggunakan pembesaran bertriliunan kali.


image


Sang Mentari Akan Bersinar Lagi …

Alam yang selalu memberitahu gue untuk tidak sombong, karena di bumi ini manusia tidaklah berarti apapun, manusia hanyalah makhluk yang berukuran mikro, menggantungkan dirinya pada alam. Tuhanlah yang memberikan nikmat terbaik untuk makhlukNya. Lantas, apa yang bisa manusia lakukan di bumi ini ? menjadi perusak atau perawat, menjadi perampok atau pemberi, menganiaya atau menyayangi. Satu hal yang gue tau, Tuhan hanya meminta kita untuk menyembahNya, Tuhan hanya meminta kita untuk bersyukur akan apa yang Ia beri, Tuhan hanya meminta kita untuk saling menghargai dan menyayangi, menghormati orang tua menjadi penolong untuk orang yang kesusahan, menjadi sahabat alam yang baik, berguna untuk orang lain.

image


Sindoro-Sumbing, Merapi-Merbabu From Mt. Prau …

Gunung Prau Dieng memang merupakan gunung yang mempunyai elevasi yang cukup rendah dibanding deretan gunung lainnya di Jawa Tengah, yaitu sekitar 2565 Mdpl. Akan tetapi, gunung ini mempunyai sejuta manfaat untuk warga sekitarnya, dimana sebagian besar warga Dieng menggantung hidupnya dari dunia Pertanian. Mulai dari bercocok tanam sayuran kentang, kol, bawang merah, tomat, cabe, dan apa yang bisa ditanam dan menghasilkan mereka akan lakukan, termasuk buah Carica. Hal ini didukung dengan tanah Dieng yang subur, dengan pengairan yang cukup untuk mengairi ladang dan pupuk yang mudah didapat yaitu pupuk kandang campuran tahi ayam dan gabah.

image

Puncak Mt. Prau …

Semarang, Jum’at, 23-November-2014

Hari itu pikiran gue lagi mumet banget, dengan rutinitas kuliah yang gak ada abisnya. Hal yang biasa gue lakukan kalau lagi kayak gini adalah pergi naik gunung, santai di pantai, atau sekedar liat bintang, intinya melarikan diri dari Tembalang, berharap sedikit masalah bakal ilang karena gue melupakannya. Tapi sebenernya semua itu percuma, Masalah gak akan selesai kalau kita melarikan diri, alam bukanlah tempat pelarian, melainkan tempat untuk membuat pikiran jauh lebih tenang, hadapi dan jangan pernah takut”. Hening, segar, tenang, kosong, tulus, inspiratif, dan selalu membuat gue tersenyum saat merasakannya, itu yang gue dapet dari alam.

image

Go Fight Win …

Sore itu gak mungkin ada orang yang mau gue ajak naik gunung, ini udah kesorean. Waktu kampus udah menunjukkan jam 3 tepat, siapa orang gila yang mau gue ajak berangkat dengan waktu yang mepet gitu. Dugaan gue salah, temen gue anak Sipil ngebales bbm gue dengan cepat, dan dia jawab “Ayok, tapi gue bisanya jam 8 malem abis basketan, gimana?”, tentu aja gue seneng banget karena akhirnya ada orang yang mau nemenin naik gunung. Tapi, semuanya percuma kalau gue cuma naik berdua. Note dari orang tua yang gak akan pernah gue lepas, Ayah sama Ibu ngijinin naik gunung kalau kondisi badan gue lagi sehat dan yang berangkat naik minimal 3 orang”. Kata “3 Orang” yang selalu gue stabiloin pake warna ijo, dan itu udah ngelekat didalem otak gue, peraturan dari orang tua yang selalu gue patuhi, tapi mungkin sesekali gue abaikan.

Ternyata gue masih kekurangan orang, inilah saatnya taktik bertindak, apapun yang terjadi gue harus berangkat malam ini. Gue tanyain ke temen gue anak Geologi yang kira-kira mau diajak naik gunung malem ini, gue bilang sama dia kalau temen gue anak Sipil banyak yang mau ikut naik. Akhirnya, dengan sedikit iming-iming, 4 orang adek tingkat gue mau juga ikut naik gunung bareng, walaupun mereka gue tipu, karena temen lain yang gue bilang banyak yang ikut, itu cuma 1 orang. Pokoknya itu gak penting, yang terpenting adalah malem ini gue bakal berangkat ber-6, 5 Mahasiswa Geologi dan 1 Mahasisa Sipil.

image

Rheza, Afkar, Ogut, Dennis, Della, Wina …

Semua berkumpul di rumah bapak kos gue, alias sohib gue, temen seperjuangan kuliah, guru gym gue, pokoknya orang ini super duper the best, panggil aja Dimas Galih S.P. Malem ini gue berangkat dengan Formasi 2 Cewek, 4 Cowok. Kehadiran cewek ini sangat penting, membuat semuanya gak hambar, membuat semuanya berarti, membuat pandangan orang berubah, coba bayangin kalau yang berangkat 4 batangan, apa kata pak RT?, apa kata ibu Laundry gue?, dan apa kata mantan-mantan kalian?, semuanya bakal bilang gue pedofil atau kelainan“Kata yang booming akibat Emon di tangkep di Polsek Sukabumi”, atau entahlah kata apa yang akan mereka lontarkan.

image


Best View …

Adek tingkat yang gue ajak adalah orang-orang yang sebenernya sering gue hasut, sering gue bully di departemen bernama “Humas”, panggil aja mereka Afkar dan Dennis, duo sejoli ini paling laku digembrongin cewek-cewek karena paras ganteng mereka. Kemudian 2 cewek yang akhirnya mau ikut adalah cewek-cewek inosen kalau lagi ngadepin makhluk yang bernama cowok, panggil aja Wina dan Annisa Della M.P, sebenernya mereka punya karakter yang berbeda, tapi keduanya anti sama yang namanya #Friendzone, hmmm atau kebalikannya ???. And the last, temen gue anak Sipil adalah orang yang pertama kali mau gue ajak backpackeran ke luar jawa, yap, dia adalah Rheza Surya, cah penggila kaskus, yang sampe sekarang masih Jomblo #Ngacawoy!!!.

Sumurboto 1/13, 21.00 WIB

Rencana tetap rencana, semua orang yang meng-iyakan berangkat pukul 20.00 WIB gak kunjung dateng sampe sekarang. Dari mulai yang lagi rapat, pesen nasi goreng buat dibungkus, sampe gak ada yang nganterin dia buat ke lokasi kumpul. Sudahlah, gue Cuma bisa nunggu, apa daya tanpa mereka gue gak akan pernah bisa berangkat.

image

Beautifull view …

Sekarang semuanya udah kumpul, selepas pamitan sama bapak kos kami berdo’a bersama, semoga pendakian malam ini bakal ngasih pengalaman yang luar biasa, menyenangkan, menyehatkan, dan tentunya selamat pergi dan pulang. 3 motorpun siap berpacu dengan waktu, karena perjalanan Semarang-Dieng memakan waktu yang gak sedikit, kami harus melewati 3 kota, yaitu Ambarawa, Temanggung, dan Wonosobo dengan waktu sekitar 3-4 jam kalau gak macet.

image


Good Flowers …

Perjalanan gak berjalanan mulus, di Ambarawa lagi ada perbaikan jalan, jadi fakta nyata yang kami terima adalah … Macet Total !. Berkilo-kilo meter harus kami lewatin dengan cara menyalip mobil-mobil yang dari tadi gak bisa gerak sama sekali, semua kendaran matiin mesin mobil, dengan sesekali berjalanan saat mobil didepannya bergerak melaju beberapa meter.

Temanggung, Sabtu, 24-Mei-2014 pukul 00.15 WIB “Istirahat Sejenak …”

Sekitar pukul 12.00 malem gue sama Rheza akhirnya sampe Alun-alun Temanggung, sedangkan yang lain tertinggal jauh di belakang, kami memutuskan berhenti di warung makan nasi Goreng buat istirahat sambil nunggu yang lain dateng. Sekitar 15 menit akhirnya mereka tiba, dan memutuskan buat makan dulu sebelum melanjutkan perjalanan. Pukul 00.45 WIB akhirnya kami melanjutkan perjalanan, setelah Temanggung kita bakal ngelewatin Wonosobo. Jalan Raya Temanggung-Wonosobo, disinilah kalian bakal berjalan diantara 2 gunung, Sindoro-Sumbing namanya. Mereka saudara kembar yang tetap setia bersanding selamanya.

image


Sindoro-Sumbing …

Semua mulai terasa dingin, perbedaan elevasilah penyebabnya, saat naik beberapa ratus meter maka suhu udarapun akan turun beberapa derajat. Ini baru dimulai, gue gak boleh kalah duluan, apalagi sama dingin yang mulai menghapus kenangan indah gue bersama mantan.

Dieng, Sabtu, 24-Mei-2014 pukul 03.00 WIB “Sampe Juga …”

Akhirnya gue bisa melihat plang bertulis Welcome To Dieng Plateau, ini artinya petualangan sebenernya akan dimulai, pendakian yang gue inginkan tadi sore akan tercapai bersama 5 rekan gue. Tapi, kini pikiran dan badan gue jadi beku oleh dingginnya suhu Dieng yang bener-bener menusuk badan, yang gue perkirain suhunya sekitar 14 derajat Celcius.

image


Freedom …

Motor gue berhenti di basecamp yang bakal kita pake buat naro beberapa barang, sedangkan yang lain berenti di warung sebelum basecamp. Karena mereka kelamaan, akhirnya gue menyusul mereka ke warung tempat mereka berenti. Ternyata mereka lagi asik-asiknya minum air anget dan menghangatkan diri didepan arang yang dibakar. Yang bisa gue lakuin buat ngangetin badan saat itu adalah mendekatkan diri dengan arang tadi. Susu hangat yang barusan gue pesen akhirnya datang, susunya masih panas, sehingga kalau gue minum saat itu, mungkin mulut gue bakal kepanasan dan memerah. Beberapa saat kemudian, susu panas udah mendingin, ini menandakan bahwa suhu disini bener-bener diluar batas normal. Ini musim panas, dan berarti musim dingin di Dieng.

image


Drama …

Setelah semuanya selesai dengan makanan dan minuman yang ada, akhirnya gue memutuskan buat membawa mereka ke basecamp, menyambangi Rheza yang dari tadi udah nunggu lama dengan secangkir kopi hangatnya.

Dieng, Sabtu, 24-Mei-2014 pukul 03.30 WIB “Pendakian Di Mulai” …

Gue memutuskan untuk tidak membawa apapun selain tas kamera, sedangkan 2 cewek yang gue larang ngegendong barang apapun, mengindahkan apa yang gue katakan, mereka mutusin buat bawa tas yang mereka bawa dari Semarang.

Naik Gunung Prau gak selama yang dibayangin kok, treknya juga cukup bersahabat untuk pendaki pemula. Pendakian kali ini gue berharap, semuanya berjalan lancar, semuanya menikmati pendakian, gak ada yang terluka, semuanya saling menjaga, fisik kami disehatkan, dan mental kami dikuatkan.

image


Geopacker…

Pada awalnya kami harus melewati pemukiman warga dan sedikit mendaki dengan anak tangga. Setelah 15 menit barulah jalan setapak yang rata menghampiri. Rasi bintang dilangit menemani pendakian malam itu, begitu indah. Walaupun bulan tertutup oleh awan hitam, namun bintang-bintang memancarkan pantulan sinarnya dan menerangi bumi seketika. Sayang sekali, bintang malam itu tidak dapat kami abadikan dalam foto, tapi apalah arti sebuah gambar, yang terpenting adalah indahnya panorama yang tersaji berhasil tertangkap oleh mata dan hati, memberikan senyuman pada setiap pijakan pendakian.


Up Up Up …

“Janganlah terburu-buru untuk menggapai puncak, karena hal itu akan percuma jika kita malah lupa untuk menikmati pendakian yang ada”.

Rekan pendakian adalah segalanya, ketika salah satu dari mereka ada yang merasa kelelahan, maka berhentilah untuk istirahat sejenak. Selalu pastikan semuanya dalam kondisi baik, yang terdepan adalah yang memimpin pendakian, yang memastikan jalan didepan dapat dilalui, dan pastinya selalu melihat kebelakang untuk melihat rekan lainnya baik-baik saja.

image

Geopacker …

Pada saat pendakian ada beberapa masalah kecil yang menghampiri, Wina tiba-tiba merasakan mual dan sesak, maka kami beristirahat sejenak. Pada saat pendakian, tekanan udara di gunung akan sangat menekan, elevasi yang semakin bertambah, pasokan oksigen yang menipis, memaksa kita untuk dapat mengatur nafas dengan baik dari sebelumnya. Pada saat rekan merasakan sesak, maka janganlah panik, karena kondisi seperti itu sesekali dapat dialami oleh semua orang yang mendaki. Tetaplah tenang, dan situasi akan lebih baik jika tidak panik, lakukanlah apa yang harus dilakukan, tenangkan pikiran, ajak bicara dia, biarkan badannya menjadi relax kembali dengan sedikit beristirahat.


Lets Go …

Sekitar satu jam kami sudah berjalan, ladang warga kini berubah menjadi hutan pinus yang rindang. Lampu rumah-rumah warga yang terlihat indah dari atas sini, selalu gue liat saat membalikan badan kebelakang. Panorama khas malam itu menyemangati kami yang sudah mulai kelelahan, bintang-bintangpun kini sedikit demi sedikit mulai tertutup awan, bulan yang tadi bersembunyi kini menampakkan sinarnya. Bulan sabit malam itu begitu cerah, ini artinya mentari pagipun akan bulat menyapa fajar.

image


Blue Sky …

Waktu menujukkan pukul 04.20 WIB, adzan shubuhpun berkumandang, dan kami memutuskan untuk beristirahat kembali. Nafas udah mulai kerasa agak berat, capeknya badan dan cucuran keringat membuat adrenalin sedikit turun.

Semangatilah dirimu dan rekanmu, karena dengan itu mental akan terbentuk. Dikala fisik tak mampu, maka mentallah senjata terakhir untuk berperang”.

Ditandai oleh lembayung, mentari senja akan menampakkan dirinya kembali. Pukul 05.20 WIB kami sudah keluar dari hutan pinus, dan kini trek terjal harus dilalui. Arah tenggara membuat mata gue terhenti seketika, pesona Sindoro-Sumbing, Merapi-Merbabu dapat terlihat dari atas sini. Beberapa foto gue ambil buat mengabadikan moment ini. Udah gak sabar buat bisa sampe puncak Gunung Prau, pasti semuanya akan terlihat jelas, bahkan dari atas sana Samudra awan akan terlihat.

Mt Prau, 24-Mei-2014 Pukul 05.45 WIB “Puncak …”

image


Mt. Prau 2565 Mdpl …

Setelah berjalan berpuluh-puluh menit, akhirnya kami sampai di atas Gunung Prau. Benar saja apa kata temen gue, Perjuangan Minimal Dengan Hasil Yang Maksimal”, Dewi Mindasari,21-Mei-2014 … Setelah beberapa bulan gak naik gunung, akhirnya bisa memanjakan mata kembali dengan view baru yang gak bisa gue ukir dengan kata-kata, semuanya nampak indah terlihat. Janji gue terpenuhi, membawa 4 adik tingkat gue sampe di puncak Mt Prau. Yang pasti mereka gak usah berterimakasih sama gue, tapi mereka harus berterimakasih sama pilihan yang mereka putuskan, sama Tuhan yang udah ngijinin kita sampe diatas sini tanpa hambatan yang berat.

image


Feel So Good …

Tidak lupa kami sembahyang dan beryukur atas nikmat yang Allah berikan, kami tidak akan sampai puncak apabila Tuhan tidak menghendaki pendakian ini. Sesulit apapun mendannya, usahakan untuk berdo’a dan tetap menjalankan ibadah, agar Rahmat-Nya selalu ada untuk umat yang mau berdo’a dan berusaha.

Semuanya meleleh oleh keindahan panorama yang tersaji. Beberapa jam kami habiskan hanya untuk mengabadikan moment ini, berjalan-jalan menikmati keindahan alam dari berbagai sudut gunung Prau. Terlihat jelas dari sini Jawa Tengah dari Utara ke Selatan, seolah Prau adalah pusat untuk melihat gunung-gunung di Jawa Tengah, Mt Ungaran, Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing, bahkan bayangan Gunung Slamet terlihat dari sini.

image

Puncak …

Dari Puncak ini kami bisa melihat Telaga Warna, Kawah-kawah Dieng, dan tentunya Lapangan Geothermal Geodipa yang uapnya terus mengepul. Dieng memang kayak akan sumber energi panas bumi, manifestasi berupa kawah-kawah itu menandakan bahwa magma yang masih aktif beberapa KM dibawah permukaan bawah tanah sana. Air Magmatik yang bertemu dengan air meteorit akan membuat sebuah reservoar Sistem Panas bumi, pada zona ini terjadi boiling, akhirnya mendidih dan memisahkan fraksi air dengan fraksi uap. Kemudian, akibat adanya retakan pada tanah, maka uap akan naik, dan karena adanya perubahan suhu makan uap tadi akan mengalami kondensasi dari fase uap menjadi fase cair kembali. Mineral-mineral lempung akan menjadi penutup yang baik untuk zona kondensar ini, maka panas bumi yang dihasilkan akan stabil dan tetap panas. Bayangin apa yang gue jelasin ini kayak kalian lagi masak aer, dan kompor adalah Heat Sourcenya.

image


Telletubies …

Uap-uap yang ada kemudian dimasukkan kedalam pipa, dan digunakan sebagai penggerak turbin, maka inilah yang akan menghasilkan listrik. Inilah yang dinamakan pembangkit listrik tenaga uap. Sumber baru terbarukan inilah yang harus dikembangkan di Indonesia, untuk memenuhi kebutuhan Listrik Nasional, tentunya tidak dengan proses yang mudah, banyak hal yang harus dilalui. Mulai dari lapangan panas bumi yang memadai dan memenuhi syarat, sistem ekplorasi yang tidak murah, dan eksploitasi yang sering mengalami banyak gangguan. Di Pulau Jawa sendiri ada beberapa lapangan Geothermal yang masih aktif hingga sekarang, Kamojang (200 Mwe), Salak (337 Mwe), Wayang Windu (227 Mwe), Dieng (10 Mwe), Patuha.

image

Kawasan Dieng terlihat dari sini …

image

Mt Praga …

image


Camping Ground …

Seakan melupakan waktu, tak terasa sudah 3 jam kami mengitari puncak Prau. Pukul 09.00 WIB, gue, Wina, dan Della akhirnya memutuskan untuk turun, menyusul Dennis, Afkar, dan Rheza yang tadi turun duluan karena kedinginan menunggu kami yang sibuk memotret view dari berbagai sudut Mt. Prau.

Mt Prau, 24-Mei-2014 Pukul 09.15 WIB “Turun Gunung …”

Trek yang kami lalui semalam, kini sudah basah, mungkin karena air yang turun terbawa oleh kabut tadi pagi. Kami harus berhati-hati melewati trek ini, apabila tidak, maka pantatlah yang harus menanggung akibatnya karena terjatuh.

image

Turun Gunung …

image

Turun dari pucuk …

image

View saat turun …


image

Medan perang …

image

Jalur Pendakian …

image

Pohon Pinus …

image

Awas jalan licin …

image

Go Ladies …

image

Over all is Good …

Hutan pinus yang terlihat rindang semalam, memanglah rindang pada keadaan sebenarnya. Pinus-pinus terlihat indah, mewarnai keindahan alam sekitar yang ada di Gunung Dieng ini. Ladang-ladang warga terlihat seperti petak-petak yang biasa gue amatin di games Harvest Moon, semuanya terlihat seperti puzzle yang tersusun baik dan rapih. Rumah-rumah besar itu hanya terlihat seperti maket yang biasa gue amatin di tugas besar buatan Mahasiswa Arsitektur.

image


Sistem terasering perkebunan …

image


Camon Ladies …

image


Jalur pendakian awal …

image


Jalan setapak semalam …

image


Sudah turun gunung …

image


Sejuk dan Menyehatkan …

image


Rumah Warga …

image


Anak tangga semalam …


Dieng, 24-Mei-2014 Pukul 10.45 WIB “Basecamp …”

Setelah 100 Menit berjalan menuruni puncak Gunung Prau, Dieng, akhirnya kami sampai juga di basecamp. Rasanya sakit, lelah yang harus diterima badan ini terbayar oleh keindahan panorama yang sejenak beberapa jam kami pandang dari atas puncak gunung. Semuanya dalam kondisi sehat, dan yang jelas selepas turun yang kami lakukan adalah membersihkan badan, memesan minuman hangat, dan mengambil makanan untuk perut yang dari tadi keroncongan.

image


Basecamp, Alhamdulillah …

Dingin masih sangat menerpa siang itu, rasanya ini jauh lebih dingin dari semalam. Semuanya tertidur nyenyak tanpa bermimpi, dan terbangun karena kaki tidak diselimuti oleh sehelai kainpun, gue lupa memakai kaos kaki. Rasa dingin itu tak lantas membuat kami berdiam diri, maka yang bisa kami lakukan adalah berusaha menghatkan diri dengan menggerakan badan, kaos kaki gue lempar kini gue kenakan kembali.

Dieng, 24-Mei-2014 Pukul 12.30 WIB “Bersiap Kembali Semarang …”

Setelah sembahyang dzuhur, membayar makanan, minuman, dan registrasi pendakian juga penitipan barang, kami bersiap untuk kembali ke Semarang, siap menempuh 4 jam kembali. Kali ini jalan yang kami tempuh berbeda, jika kami lewat Ambarawa maka kemacetanlah yang akan menghadang. Maka gue memutuskan untuk mengambil jalur pintas, yaitu Tambi, Temanggung-Bandungan-Semarang.

Sumurboto 1/13, 24-Mei-2014 Pukul 16.00 WIB “Bersiap Kembali Semarang …”

Akhirnya, gue sampe kembali di Sumurboto 1/13 dengan selamat, dan semuanya sudah kembali di kosannya masing-masing dengan kondisi yang sehat. Yang jelas, pendakian kali ini memberikan kesan menarik untuk gue pribadi. Keindahan Mt Prau yang gak ada abisnya, dinginnya Dieng yang kebawa sampe Tembalang, kebersamaan yang kami lalui, cerita-cerita yang terlontar saat kami kelelahan, tawa canda itu terasa renyah di dengar. Semuanya begitu nyata, semuanya ceria, dan kami menyimpan satu cerita yang sama dengan rasa berbeda. Mt Prau 2565 Mdpl, Thanks for Everithing You have God, thanks to all who fight together in this hike, thanks to my parent’s, friends, Rheza Surya, Dennis, Afkar, Wina and Della for this experience, you are the best for me.

See u next trip everyone.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar