Jumat, 19 Februari 2016

Hai, Jingga ...

Hai jingga, lama kita tak saling sapa, entah rasa telah tiada atau sedang bersembunyi di semak belukar merbabu yang kini sedang menghijau. Seolah aku sedang tersesat ditengah kabut Sumbing yang tebal, tak tau arah tujuan sehingga membuatku terdiam. Melangkahpun kini terasa berat, entah arah itu bisa ditapak atau hanya akan membuat kita tersesat kembali. Aku hanya bisa menyalakan api ini untuk menghangatkan diri, menjaga kamu yang berada dalam pelukan.

Udara semakin menipis, menghirup oksigen kini terasa sukar. Suara burung hantu yang saling saut menemani kesunyian malam itu, ditemani gemercik gerimis rintik dan terangnya bulan tertutup oleh kabut tebal yang menyelimuti area tempat kita akan bermalam.

Hai jingga, taukah kamu, aku disini sedang merindu, merindukan saat dimana kita duduk bersama, bercerita sambil tertawa tentang aku dan kamu, dunia kita, tentang hidup yang seutuhnya harus dijalani dan diperjuangkan. Sudah jam 10 malam, kita harus segera istirahat, untuk memulihkan energi yang terkuras karna berjalan seharian. Semoga bermimpi indah untukmu yang selalu ada di dalam do’aku.

Mungkin saat ini kita belum berjodoh seperti Sindoro-Sumbing, Merapi-Merbabu, Papandayan-Cikurai, Gede-Pangrango, mereka diciptakan dan ditakdirkan berdampingan, hanya kehendak Allah yang dapat memisahkannya, dan dengan kehendakNyalah kita dapat bersama dalam ikatan yang diridhaiNya.

Saat berjalan di kegelapan malam, tetaplah berada disampingku, beristirahatlah ketika kau lelah, mendaki adalah bagaimana caramu menikmati alam bukan untuk menaklukan puncak, karna hidup tidak untuk saling merendahkan dan gunung mengajarkan kita arti pengabdian yang seutuhnya, mengajarkan memberi tanpa pamrih, menjadi makhluk yang bermanfaat untuk makhluk lainnya, karna filosofi hidup seutuhnya adalah tentang bagaimana kita menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama, maka … tetaplah berada dijalanNya dan berbuat baiklah.

Hai jingga, kita tak akan pernah tau masa depan akan seperti apa, kita hanya diajarkan untuk tetap berikhtiar, berdo’a dan bersyukur dengan apa yang diberiNya. Kini malam berganti siang, matahari terbit menggantikan bulan, kabut tebal malam itu sudah hilang digantikan dengan hangatnya mentari, kicauan burung, dan sejuknya udara yang melegakan raga serta penantian yang semoga berakhir indah.

Hai jingga, tersenyumlah, dunia membutuhkanmu untuk tersenyum, karna itu yang akan merubah apa yang ada, membuat gelap menjadi terang, murung menjadi riang, yang membuat hatimu lebih baik dari sebelumnya, buatlah harimu ceria setiap harinya, istiqamahlah dalam menjalankan kehidupan di dunia yang sementara ini, karna hakikatnya tujuan akhir adalah keindahan kekal di akhirat nanti, bersama merajut asa untuk meraih surgaNya.