Senin, 12 Desember 2016

Kamis, 17 Maret 2016

Pantai Tropika, Sekongkang, Sumbawa Barat



Pantai Tropika, Sekongkang, Sumbawa Barat

Apa kabar ya mereka (?) 3 bulan lalu di pelosok negeri, para pengejar mimpi, berlari dengan caranya masing-masing, semoga semuanya dalam keadaan baik dan kelak kita dapat berkumpul kembali di waktu dan tempat yang baik pula, Inshaallah. 

Sebuah pantai yang dulu pernah dikunjungi, dan Allah mengijinkan langkah kaki menapaki indahnya alam ini lagi, sudah 2 tahun silam seutuhnya tak terasa, sungguh begitu cepat. Begitu indah lukisanNya, pantai dengan pasir putih, berkolaborasi dengan birunya langit, deru ombak yang saling berganti menerpa karang, hembus angin dalam keheningan membawa kesejukan pada hati, tak ada kata bosan, malah rindu yang terasa hingga kini dan nanti.

image

Perjalanan menuju pantai …

Sumbawa Barat, sebuah pulau yang epic untuk dikunjungi, ia memang tak seramai Bali, juga tidak seterkenal Lombok, tapi justru disinilah surga pantai tersembunyi. Gua bersyukur Sumbawa bukan tujuan utama wisatawan, kenapa (?) karena dengan ini alamnya akan tetap asri, pantai biarlah menjadi pantai, pasir tetap menjadi pasir, jangan sampai beton dan kontruksi merusak segalanya, dan sampah tidak akan berserakan merusak apa yang sudah ada, semoga tetap seperti ini, menjadi lukisanNya yang indah yang sedap untuk dinikmati.

Lokasi Pantai Tropika, Sekongkang, Sumbawa Barat


Lokasi Pantai Tropika, Sekongkang, Sumbawa Barat


Rasanya seperti dejavu, kembali ke Pantai yang sama namun dengan misi yang berbeda. Dulu gua kesini hanya sekedar mampir, melepas penat setelah capeknya naik gunung Rinjani, dan sekarang gua kesini buat ngerefresh otak dari penatnya skripsi. Skripsi (?) ya … sebenernya kembalinya gua ke Sumbawa bukan sekedar buat maen, tapi ada misi penting menyangkut kehidupan kuliah gua. Ibarat ngelawan Raja terakhir, skripsi atau Tugas Akhir adalah misi penting yang harus gua selesaikan, tentu dengan amunisi dan modal yang cukup hingga mengantarkan gua menjadi seorang Sarjana.

image

Semakin dekat …

Sama halnya dengan kedua temen gua ini, Peho dan Haris. Kebetulan mereka sedang Kerja Praktek di tempat yang sama dengan gua Skripsian, ya … Tambang Terbuka Batu Hijau, PT.Newmont Nusa Tenggara. Tambang terbuka emas-tembaga porfiri ini adalah lokasi kami untuk belajar, belajar menjadi Engineer seutuhnya.

Open Pit Mining …

image

Vitamin Sea …

image

With Peho & Haris …

image

Beautifull place, Beautifull momment …

image

Biar dikate anak gaul …

image

Pose dulu …

image

Nelayan lokal …

image

Blue Sea …

image

Epic brur …

image

Mari Pulang …

image

Suveryor Tambang (Peho) …

Saat gua menulis postingan ini berarti gua udah gak lagi di Sumbawa, melainkan di Semarang, menyelesaikan tugas yang semestinya selesai, yang akan membawa gua mendapatkan gelar sarjana gua. Peho sekarang udah ada di Sulawesi, dia melanjutkan tugasnya dan sekarang mungkin dia lagi mulai skripsian juga, sampai jumpa bro semoga kita berjumpa lagi dengan obrolan yang luar biasa.

Gua minta do’anya sama temen-temen, supaya skripsian gua dapat dikerjakan dengan baik, tepat waktu, dilancarkan oleh Allah, dan semoga bermanfaat untuk kehidupan. 

Tetaplah berjalan dan terus berjuang untuk mendapatkan Ridho dan HidayatNya, setiap hari, setiap waktu, hingga hayat menjelang, semoga Allah merahmati setiap langkah baik kita, dan selalu menjadi petunjuk dikala diri tersesat, dan Allahlah tempat memohon ampun, maka berlindung dan berharaplah hanya padaNya.

Thanks for visit my blog brur :)) See u later …



Jumat, 19 Februari 2016

Hai, Jingga ...

Hai jingga, lama kita tak saling sapa, entah rasa telah tiada atau sedang bersembunyi di semak belukar merbabu yang kini sedang menghijau. Seolah aku sedang tersesat ditengah kabut Sumbing yang tebal, tak tau arah tujuan sehingga membuatku terdiam. Melangkahpun kini terasa berat, entah arah itu bisa ditapak atau hanya akan membuat kita tersesat kembali. Aku hanya bisa menyalakan api ini untuk menghangatkan diri, menjaga kamu yang berada dalam pelukan.

Udara semakin menipis, menghirup oksigen kini terasa sukar. Suara burung hantu yang saling saut menemani kesunyian malam itu, ditemani gemercik gerimis rintik dan terangnya bulan tertutup oleh kabut tebal yang menyelimuti area tempat kita akan bermalam.

Hai jingga, taukah kamu, aku disini sedang merindu, merindukan saat dimana kita duduk bersama, bercerita sambil tertawa tentang aku dan kamu, dunia kita, tentang hidup yang seutuhnya harus dijalani dan diperjuangkan. Sudah jam 10 malam, kita harus segera istirahat, untuk memulihkan energi yang terkuras karna berjalan seharian. Semoga bermimpi indah untukmu yang selalu ada di dalam do’aku.

Mungkin saat ini kita belum berjodoh seperti Sindoro-Sumbing, Merapi-Merbabu, Papandayan-Cikurai, Gede-Pangrango, mereka diciptakan dan ditakdirkan berdampingan, hanya kehendak Allah yang dapat memisahkannya, dan dengan kehendakNyalah kita dapat bersama dalam ikatan yang diridhaiNya.

Saat berjalan di kegelapan malam, tetaplah berada disampingku, beristirahatlah ketika kau lelah, mendaki adalah bagaimana caramu menikmati alam bukan untuk menaklukan puncak, karna hidup tidak untuk saling merendahkan dan gunung mengajarkan kita arti pengabdian yang seutuhnya, mengajarkan memberi tanpa pamrih, menjadi makhluk yang bermanfaat untuk makhluk lainnya, karna filosofi hidup seutuhnya adalah tentang bagaimana kita menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama, maka … tetaplah berada dijalanNya dan berbuat baiklah.

Hai jingga, kita tak akan pernah tau masa depan akan seperti apa, kita hanya diajarkan untuk tetap berikhtiar, berdo’a dan bersyukur dengan apa yang diberiNya. Kini malam berganti siang, matahari terbit menggantikan bulan, kabut tebal malam itu sudah hilang digantikan dengan hangatnya mentari, kicauan burung, dan sejuknya udara yang melegakan raga serta penantian yang semoga berakhir indah.

Hai jingga, tersenyumlah, dunia membutuhkanmu untuk tersenyum, karna itu yang akan merubah apa yang ada, membuat gelap menjadi terang, murung menjadi riang, yang membuat hatimu lebih baik dari sebelumnya, buatlah harimu ceria setiap harinya, istiqamahlah dalam menjalankan kehidupan di dunia yang sementara ini, karna hakikatnya tujuan akhir adalah keindahan kekal di akhirat nanti, bersama merajut asa untuk meraih surgaNya.

Selasa, 04 Agustus 2015

Traveller Sejati ! Syukur atau Kufur (?)


Traveller Sejati ! Syukur atau Kufur (?)

Danau Sagara Anak, Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, 2013.

Udah lama ya gak maen di dunia maya, dunia dimana gue bercerita, dunia dimana gue menuliskan unek-unek gue, entah gue udah bosen buat nulis atau gue lupa cara nulis, tapi yang jelas gue jenuh. Cuman, ada banyak hal yang membuat gue semangat buat nulis lagi, karena satu hal yang pasti, ketika gue gak bisa menyampaikan itu dengan lisan, maka tulisan adalah jalan terbaik yang bisa gue lakuin untuk menyampaikan maksud hati, untuk menyampaikan kebaikan, menyampaikan sedikit ilmu yang gue punya, intinya menulis adalah berbagi, menulis adalah cara gue mencurah, dan dari menulis semuanya terasa dekat, bukan untuk menjadi guru, hanya ingin menjadi teman yang saling mengingatkan tentang kebaikan. Gue menulis seperti ini bukan berarti gue sudah baik, gue disini cuma nulis apa yang gue tau, gue denger dan gua pahamin dari orang-orang baik yang selalu bercerita baik, gue hanya sekedar menyampaikan.

Gue bukan traveller ataupun bloger sejati, gue hayalah manusia biasa yang mencoba buat berkata tentang sedikit cerita yang pernah menjadi pengalaman kecil namun berarti buat diri gue. 

Buat kalian yang ngerasa jadi traveller sejati, sejatinya semua manusia memanglah traveller, ya …? kita adalah pejalan, kita adalah waktu yang diciptakan untuk menjadi penjaga ataupun perusak dimuka bumi ini, menebarkan kebaikan atau keburukan, dan akhir dari perjalanan ini adalah kembali. Kita adalah makhluk, kita diberi waktu terbatas, diberi perlengkapan, petujuk bagi iya yang berfikir, rizki yang cukup bagi iya yang bersyukur, dan diberi tugas bagi iya yang sadar, untuk apa ? iya, untuk berjalan, untuk menjadi traveller sejati, dan kembali pada sang Pencipta dan kemudian mempertanggungjawabkan apa yang sudah dijalani selama kita berjalan.

Sadarkah, manusia berjalan untuk kembali, iyaa … gue, orang tua gue, keluarga, teman, guru,  semuanya yang ada dimuka bumi ini, kita adalah pejalan, bisa dalam arah yang benar dan bahkan tersesat. Setiap orang diberikan cara, arah atau petunjuk, perlengkapan, jalan yang berbeda. Tuhan sudah memberikan skenario terbaikNya, petualangan terbaik untuk masing-masing makhluk yang lahir dimuka bumi ini. Dia memberikan makhluk ciptaanNya kebebasan untuk menjalani hidup, tapi bagi iya yang selalu sadar akan rahmatNya, itulah orang-orang yang beruntung, tapi bagi orang yang masih ada dalam jalan yang sesat semoga Allah memberikan rahmat dan hidayahNya. Namun hidayah akan datang hanya untuk orang yang menjemputnya.

Pendaki (?) Syukur atau Kufur (?)

Hai …, sapaan ini dari gue sang pendaki amatiran, sapaan ini gue tunjukkan buat kalian yang merasa sudah menjadi pendaki sejati, yang merasa mencintai alamNya, yang selalu memberi slogan “SALAM LESTARI” setiap kali bertemu, kalian yang katanya penikmat alam, kalian yang menjadikan gunung sebagai pelarian, untuk menenangkan diri, bersantai, atau sekedar bermain bersama atau pula hanya sekedar foto dan kemudian di posting di media sosial dengan berbagai maksud dan tujuan. Sadarlah … sadarkan gue, sadarkan dia dan mereka, sadarkan orang-orang yang katanya menikmati alamNya, yang katanya mencintai alam, mensyukuri nikmat. Sadarkah ? apa yang sudah kita lakukan selama mendaki ? sadarkah sudah berapa banyak pohon yang ditebang untuk dibakar kayunya (?), mata air yang menjadi kotor karena limbah yang kita buat, sadarkah ekosistem yang rusak dan burungpun berterbangan mencari rumah barunya, sadarkah sampah yang sudah kita tumpuk dan ditinggalkan begitu saja, dan sadarkah sudah berapa rakaat shalat yang kita tinggalkan (?)

Syukur atau Kufur ?

Sudah saatnya kita berfikir, gunung adalah tempat makhlukNya tinggal, bukan hanya manusia, tapi juga hewan, bahkan jin semua hidup dalam satu rumpun, janganlah sesekali menjadi kufur ? janganlah menjadi pengganggu karena kita hanyalah orang asing yang hendak berkunjung, janganlah bawa kesombonganmu, bahkan dibandingkan dengan pohon yang tingginya 3 meter, kita terlihat kecil, apalagi dengan gunung, lantas apa yang mau disombongkan ?. Tuhan yang engkau Agungkan hanya dalam status media sosial saja, tidak membutuhkan kita untuk mendaki gunung hanya untuk mencari ketenangan, karena kunci ketenangan adalah Shalat dan sabar. Lantas untuk iya yang melupakan shalat ketika hendak mendaki, yang katanya bersyukur namun tidak menjalankan ibadahNya, dan mendaki hanya untuk berzina dan mabuk-mabukan, layakkah itu disebut Syukur? atau Kufur?.

Allah tidak menyuruh kita untuk mendaki gunung, menyelami lautan, berjalan kedalam goa, Allah hanya memberi makhlukNya yang hidup dimuka bumi ini untuk beribadah kepadaNya, tapi apakah Dia membutuhkan itu semua ? Tidak. Sadarkah, Allah tidaklah membutuhkan ibadah kita, tapi kitalah yang butuh untuk menyembahNya, menyebut namaNya, menjalankan dan menjauhi laranganNya, kita yang semestinya bersyukur atas nikmat-nikmat yang Dia berikan. Contoh kecil, kita diberikan oksigen gratis olehNya, coba bayangkan bila oksigen itu harus dibeli, manusia tidak akan pernah sanggup untuk memenuhinya dan akan mati tanpanya. Tapi dengan Maha Pemurahnya, Allah memberikan kita nikmat yang tiada tara, oksigen Dia berikan setiap harinya tanpa kita harus membayarnya, nah, apalagi yang membuat kita lupa akan nikmatNya, apalagi yang membuat kita sungkar untuk beribadah kepadaNya ?

Pendaki sejati adalah iya yang senantiasa ingat kepadaNya, selalu ingat untuk beribadah walau ditengah jalan yang sulit, selalu ingat untuk berdizikir disetiap langkah pendakian, hanya kerendahan hati yang dibawa dan kesombongan iya tinggalkan, iya yang membawa niat kebaikan, gunung adalah tempat yang suci, mendaki gunung bukan untuk hanya sekedar membuang sampah sembarangan, menebang pohon seenaknya, atau bahkan melakukan hal keji seperti berzina dan mabuk-mabukan, maka iya yang berbuat seenaknya sadarlah bahwa gunung adalah ciptaanNya, yang sudah banyak memberi manfaat kehidupan untuk makhluk lainnya, bahkan seutuhnya dimanfaatkan oleh manusia. 

Gue hanyalah pendaki amatiran yang mengaja diri gue juga kalian yang memang mencintai alamNya untuk saling menyadarkan akan hakikat pendakian sejati, menjaga ekosistem, saling menghormati, merendah dan tidak merendahkan, mengubur kesombongan, dan senantiasa menjadi ibadah sebagai satu hal yang hakiki untuk dijalankan, sehingga membuat kita menjadi dekat denganNya, membuat kita bersyukur akan NikmatNya bukan menjadikan kita makhluk yang Kufur, sehingga seutuhnya kita senantiasa mendapatkan rahmatNya, untuk apa ? untuk bekal perjalanan kita yang waktunya terbatas, yang membuat kita selalu ingat bahwa manusia adalah makhluk mikro yang lemah, tanpa pertolongan dan nikmatNya manusia tiadalah guna, maka mari jadikan kita makhluk yang bermanfaat untuk sesama, saling mencintai dan menjaga sesama manusia dan makhlukNya.

-anonim, 05-08-2015. 12.40 WIB.



Jumat, 26 Juni 2015

PENDAKIAN GUNUNG PRAU 2015


PENDAKIAN GUNUNG PRAU II

Mt Prau 24-Mei-2014-take by Anisa Della

11-06-2015, 00.36 WIB - Sumurboto 1/13

Malam ini rasanya gue pengen bercerita, tentang perjalanan yang membuat semua belajar arti sabar, arti berjuang, saling menyemangati, saling percaya bukan merendahkan, bersama semuanya menjadi berarti. Gue pengen bercerita tentang bintang-bintang yang saling bercengkrama malam itu, sejuknya angin yang merasuk kedalam tubuh waktu itu, begitu hening, tenang, meredakan hati yang sedari kemarin memberontak, alam begitu mengerti, tapi bukan ia yang memberi, karna ia adalah makhluk, maka bersyukurlah pada Sang Pemberi, Dialah Allah SWT.

23-Mei-2015, 20.30 WIB, Tembalang Selatan, Banyumanik Semarang.

Perjalanan akan segera dimulai, malam ini gue bakal pergi mendaki menuju tempat yang satu tahun lalu gua datengin, entah kebetulan atau ini udah takdir, tapi gue rasa semua yang terjadi memang sudah dituliskan olehNya, tepat setaun yang lalu ditanggal yang sama gue mendaki gunung ini, gunung yang mempunyai panorama yang begitu indah, menyimpan cerita dan sejuta cinta, Gunung Prau, Dieng, Jawa Tengah.

Malam ini gue bakal mendaki ber-8, Gue, Roi, Ari, Adel, Terena, Debby, Aini, dan Fita. Kali ini gue bakal nemenin 7 orang calon dokter yang lagi ngebet naik gunung.

Lembayung pagi, Mt Prau 24-Mei-2015.

“Naik gunung sekarang udah jadi kekinian. Tetep jaga ibadahnya ya bro, jangan sampe yang katanya mau menikmati alamNya malah lupa sama Tuhan. Keep safety juga ya, pergi ke gunung jangan disamain kayak pergi ke mall. Bawa barang yang sekiranya berguna, keselamatan tetep yang pertama, puncak itu bonus. Coba belajar etika, estetika, karna gunung adalah tempat yang sunyi , tenang, yang tak biasa dengan keramaian, jadi sopan santunnya dijaga ya :) dan yang terpenting sampahnya dibawa pulang, gunung bukan tempat pembuangan akhir brur.”-geopacker.

Jejer Belakang (Adel, Roi, Ari), Jejer Depan (Fita, Aini, Gue, Debby, Terena) 

Lets see, gue kenalin kalian sama mereka,  “Wizurai Hakim” alias Roi (kacamataan), manusia satu ini yang bakal nyetir mobil dari Semarang-Wonosobo dan baliknya giliran gue yang bawa, orang terbawel sepanjang perjalanan ya dia :(, “Ari Wibawa” alias Ari, cah Semarangan yang kerjaannya olahraga Yoga sama Roi, dialah partner setia Roi, dua-duanya sama-sama berisik tapi asik, “Rohedy Adlina Mizani Jodisaputra” alias Adel, ternyata dia adalah temennya temen gue di geologi (Soma Gotama) orangnya pemikir banget, tapi itu penting, karna tanpa berpikir kita gak bakal tau apa yang harus dilakuin dan disiapin buat ngadepin pendakian malem itu, “Debby Fatmala”, cewek satu ini juga ternyata temennya temen gue anak Sipil (Rheza Surya) dan katanya sih lagi deket sama Asraf temennya eza ya temen gue juga (dunia begitu sempit) dia ini anak Maladica (MAPALA Kedokteran Undip), “Nur Aini” cewek Jepara yang protes waktu gue panggil dia dengan panggilan “Nur”, dia udah pacaran 7 tahun sama anak Teknik Elektro, tapi mereka LDRan, jadi masih ada kesempatan buat kalian yang mayu pdktin, bagaimana kelanjutan hubungan mereka? liat episode selanjutnya, “Ferdina Meita” alias Fita mungkin dia adalah pelengkap Roi sama Ari, bawelnya sama dan dia sama-sama pecinta anak Teknik Elektro sama kayak Ainun, tapi kesabarannya buat mendaki ok juga. And the last sahabat karib gue, temen se SMA yang sebenernya dia orang yang minta gue buat ikut nemenin mereka ngedaki G.Prau, panggil aja dia emak atau Tere atau Chintya yang punya nama lengkap Terena Chintya, dan hubungannya sama cowok katanya sih lagi complicated, muehehehe.

Cah Kedokteran sama Cah Teknik (Mungkin Jodoh) (?) #Lupakan.

Berangkat ………………….. !!! 

23-Mei-2015, 22.00 WIB, Alun-alun Temanggung.

Rehat sebentar di alun-alun, isi perut biar kenyang.

24-Mei-2015, 01.30 WIB, Pos Pendakian Gunung Prau.

Musim panas artinya Dieng bakal mencapai titik dinginnya. Setibanya di basecamp dan melakukan registrasi, kami mutusin buat stay dulu sebentar, gak mungkin mendaki jam segini, karna kalaupun mendaki sekarang dan kami tiba di puncak jam 03.30 WIB itu artinya bunuh diri, bisa-bisa semuanya kena hiportemia karna rombongan ini gak bawa tenda yang memadai.

Mt. Prau 1 tahun silam … 24-Mei-2014.

Dibandingin dua taun yang lalu insfrastruktur yang ada di basecamp G.Prau “Petak Banteng” sekarang udah berkembang pesat, nampaknya sudah banyak kemajuan secara signifikan di pariwisata Indonesia akhir-akhir ini. Banyaknya televisi yang menyiarkan wisata Tanah Air membawa manfaat tersendiri untuk dunia pariwisata, salah satunya pariwisata di Dieng. Sejak 2 bulan lalu lokasi pendakian Gunung Prau ini sudah didatangi lebih dari 3000 pendaki, sungguh angka yang fantastis. Oh iya, biaya registrasi perorang sekarang udah jadi Rp.10.000, tapi dengan biaya ini gua rasa setimpal dengan fasilitas yang sudah disediain. Buat ngedaki gunung prau sekarang ini, tanpa bawa logistik yang bayakpun gue rasa masih bisa bertahan hidup, karena sekarang sampe sebelum hutan cemara warga sudah banyak mendirikan warung-warung. yang ngejual kucingan, cemilan, ciki, dan minuman hangat bahkan buah-buahan, lengkap sudah Prau sekarang.

Sunerise 24-Mei-2015

24-Mei-2015, 02.30, Pos Pendakian Prau.

Setelah sejam menunggu, tiba saatnya gue dan temen-temen buat berangkat, Lets Go Baby …

Sebelum mendaki biasain buat berdo’a, karna Tuhan akan menjaga hamba yang mau meminta padaNya dan berserah diri. Dalam diskusi kami sepakat untuk saling menunggu bila ada yang kelelahan, buat saling menyemangati bila yang lain sudah kecapean, mungkin ini adalah pendakian pertama buat Roi, Ari, Tere,Fita, Aini, dan Adel, sedangkan gua dan Debby setidaknya kami pernah mendaki gunung, tapi buat gue itu sama aja, karna … you’ll never know what will happened, jadi persiapin semua yang harus disiapin, alam gak sebaik yang kamu fikir, ia mempunyai siklus hidupnya sendiri, tapi alam selalu berkabar bila ia sedang dalam kondisi buruk, maka saling memahamilah sesama ciptaanNya.

Prau Masih Sepi, 24-Mei-2014 

Alhamdulillah cuaca malam itu begitu cerah, bulannya cantik, bintangnya begitu terang, seakan Tuhan mengiyakan untuk kami mendaki malam ini, so Romantic.

Gunung Prau kalau menurut gua cuma punya 2 pos, pos pertama itu dari basecamp sampe ke awal penjagaan pertama, pos pertama ini ada pengecekan tiket, memastikan bahwa kita adalah pendaki yang legal, ya setidaknya terdaftar di pos pendakian dan penjaga bertugas sebagai petunjuk arah menuju trek selanjutnya. Hal ini penting dilakuin karna untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, misalnya nyasar atau salah jalan.

Kombinasi yang menakjubkan, Subhanallah …

Dari pos pertama kita akan mulai mendaki menuju hutan cemara, nah disini kita bakal ngelewatin kebun warga dan faktanya adalah sekarang udah banyak berjejer warung warga yang udah gue ceritain tadi.

Semakin menanjak, tempo pendakian harus dijaga, yang jelas pasokan oksigen bakal semakin berkurang, jadi kita harus bisa menyesuaikan dengan suhu dan tekanan yang ada. Yang jelas naik gunung bukan balap-balapan nyampe puncak, tapi gimana caranya kita menikmati dengan apa yang sudah disediakan alam dan bersyukur bahwa Allah lah yang membuat ini semua terlihat indah.

Bukit Teletubis .

Setelah melewati kebun warga kami bergegas langsung naik menuju hutan cemara, disini harus ekstra hati-hati dan dibutuhkan sedikit tenaga yang lebih, karna dengan trek yang cukup terjal, kaki, tangan, mata harus cukup fokus buat ngelewatin trek ini. 

Disini semuanya bakal belajar bersabar dan berusaha, gak peduli cewek atau cowok, yang jelas kita harus bisa memaksimalkan tenaga yang ada, kemampuan yang ada, tanpa meminta bantuan dari siapapun, dan disinilah sisi jahat gue muncul yaitu ngebiarin para cewek buat bergerylia sendiri naikin batu.

Di gunung gak boleh ada anak manja, yang ngerenge gak bisa naik padahal cuma naikin batu yang gak begitu terjal, ini adalah salah satu konsekuensi menjadi pendaki. Satu prinsip yang gue pegang adalah, pada saat lu meremehkan seseorang dan membantunya itu artinya lu udah mengakhiri perjuangannya untuk melawan batas kemampuan dirinya sendiri, karena pada saat dia bisa malakukan sesuatu diluar nalarnya bakal muncul suatu adrenalin bahwa dia bisa melakukannya sendiri dan itu seutuhnya menyenangkan.

04.30 WIB, 24-05-15, Hutan Cemara.

Adzan shubuh berkumandang, saatnya istirahat dan menunaikan shalat shubuh. Disini adalah waktu dimana Allah menguji keimanan seorang pendaki muslim, apakah yang katanya ingin menikmati dan mensyukuri alamNya lalai terhadap perintahNya, atau sebaliknya ia akan semakin taat kepadaNya, yang jelas semua balik lagi ke pribadi seseorang, tapi satu yang perlu diingat, ibadah tetep yang utama, jangan sampe yang katanya syukur nikmat menjadi kufur nikmat, apa yang diomongin menikmati alamNya cuma dusta belaka. Astagfirullah.

Setelah melewati kebun
warga, kami bergegas langsung naik menuju hutan cemara, disini harus ekstra
hati-hati dan dibutuhkan sedikit tenaga yang lebih, karna dengan trek yang
cukup terjal, kaki, tangan, mata harus cukup fokus buat ngelewatin trek
ini. 

Lumayanlah  …

Disini semuanya bakal
belajar bersabar dan berusaha, gak peduli perempuan ataupun laki-laki, yang
jelas kita harus bisa memaksimalkan tenaga yang ada, kemampuan yang ada, tanpa
meminta bantuan dari siapapun, dan disinilah sisi jahat gue muncul, ngebiarin
para cewek buat bergerylia sendiri naikin batu.

Di gunung gak boleh
ada anak manja, yang ngerenge gak bisa naik padahal cuma naikin batu yang gak
begitu terjal, ini adalah salah satu konsekuensi menjadi pendaki, semua harus
menerima itu. Satu prinsip yang gue pegang adalah, pada saat lu meremehkan
seseorang dan membantunya, itu artinya lu udah mengakhiri perjuangannya untuk
melawan batas kemampuan dirinya sendiri, terkecuali dia udah ada pada batas
kemampuannya, karna ketika fisik lemah kita masih punya mental, tapi ketika
mental hancur semuanya berakhir. 

04.30 WIB, 24-05-15, Hutan Cemara.

Adzan shubuh
berkumandang, saatnya istirahat dan menunaikan shalat shubuh. Disini adalah
waktu dimana Allah menguji keimanan seorang pendaki muslim, apakah yang katanya
ingin menikmati dan mensyukuri alamNya lalai terhadap perintahNya, atau
sebaliknya ia akan semakin taat kepadaNya, yang jelas semua balik lagi ke
pribadi seseorang, tapi satu yang perlu diingat, ibadah tetep yang utama,
jangan sampe yang katanya syukur nikmat menjadi kufur nikmat, apa yang
diomongin menikmati alamNya cuma dusta belaka atau sebuah status yang ditulis
di medsos sebelum mendaki cuma jadi omongan kosong . Astagfirullah.

Aini, Gue, Tere, Debby ..

Ceritanya foto sama bunga (?)

Camping Ground Penuh …

05.50 WIB, Puncak Gunung Prau.

Matahari sudah mulai
bertugas kembali, lembayung itu kini sudah muncul lagi maratap indahnya bumi.
Disini gue melihat semuanya menikmati pendakian ini, tertutur kata syukur dalam
hati kepada sang Illahi. Alhamdulillah semuanya ada dalam kondisi sehat,
semuanya tersenyum memandang langit yang begitu mempesona, dan kini kita sudah
belajar salah satu ilmu penting dalam hidup, bahwa tak ada yang bisa menolong
diri kita selain kita sendiri bahkan orang yang kita percaya sekalipun, mereka
tak mampu menyelamatkan, disini kita sadar arti Sang Pencipta, Allah lah yang
senantiasa ada dalam hati, dalam setiap langkah, ada pada saat duka maupun
suka, berharap pada makhluk hanya membuat kecewa tetapi berharap kepada Rabbi
semua akan begitu tenang dan menyejukan hati.

Selamat datang di
puncak Prau sahabat, selamat menikmati indahnya alam Indonesia ^^

Asraf maaf ya … hahaha

Backgroundnya bagus ….

Sama mami Tere …

Ramenya … 24-05-2015.

08.30 WIB, Turun Gunung.

Setelah cukup menikmati
keindahan yang ada, kami segera bergegas untuk turun gunung. Disini diperlukan
sekitar 1.5-2 jam turun sampe ke basecamp pendakian, yang jelas turun gunung
biasanya lebih cepet daripada naik gunung, tapi santai aja yang penting sehat
dan selamat, safety
first.

10.30 WIB, Lets Go Semarang.

Selepas ini kami bakal kembali ke Semarang, sebelum balik ya
sekiranya beli oleh-oleh dulu lah ya … Carica. Buah ini merupakan maskot dari
Dieng, karna Carica cuma tumbuh di Dieng, rasanya manis kalau udah dibuat
manisan, pokoknya enak, dan kita bisa beli Carica di pabrik pembuatan langsung,
dari pada pasar di Semarang yang jelas harga Carica disini lebih murah (Namanya
juga kandangnya).

Lets Go Semarang … Via: Wonosobo-Temanggung-Bandungan-Tembalang.

Bismillah, sekarang kami bakal bergegas ke Semarang, dan ini
artinya gue yang bakal nyetir dari Wonosobo sampe Semarang :( … Nngantuk
berat, udah 1.5 hari belum tidur dan harus nyetir pula, semoga di pertengahan
jalan Roi mau gantian bawa mobil … Gasss dahhh ….

Bener aja, badan udah mulai eror dan gak fokus, nyampe zonknya
pas ditanjakan Bandungan, gigi dua gak cukup buat ngalahin tanjakan terjal ini,
alhasil mobil mati ditengah tanjakan, hahaha. Tenang semua aman terkendali
tanpa ada kurang satupun, dan disini saatnya gue minta Roi yang nyetir.
hihihihi.

16.50 WIB,Sumurboto
1/13 :) :) :)

Alhamdulillah kami tiba dengan selamat, membawa cerita baru
untuk dikenang dan diceritakan, terimakasih untuk rekan baru untuk 2 hari ini,
pendakian yang luar biasa, dan pendakian ini adalah sebuah kehormatan untuk
saya bisa menemani temen-temen mendaki, semoga ini adalah awal tali silaturahmi
kita, untuk kini dan selanjutnya.

Buat yang mau liat cerita “Gunung Prau I” bisa buka di http://geopacker.blogspot.com/2014/05/pendakian-gunung-prau-2565-mdpl.html …

Thanks to Allah udah dikasih kesempatan untuk mendaki Gunung
Prau, Makasih buat semua orang tua yang udah mengijinkan kami mendaki, thanks
Ari, Roi, Debby, Aini, Fita, Tere, Adel yang udah mau berjuang bersama, saling
bersabar dan menyemangati. I Love You All.




Rabu, 20 Mei 2015

PANTAI BIRA, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN.


Pantai Bira, Sulawesi Selatan

image

I LOVE BIRA ….

07 Maret 2014, petualangan baru dimulai, belajar bersama rekan geologi dari seluruh Nusantara berkumpul di satu titik Pulau Indonesia (Makassar, Sulawesi Selatan). 

Tuan rumah Pekan Ilmiah Tahunan Persatuan Himpunan Mahasiswa Geologi Indonesia (PIT PERHIMAGI 2014) adalah Regional Sulawesi dan yang menjadi tuan rumah kali ini adalah Teknik Geologi Universitas Hassanuddin, Makassar. Pekan berlangsung 7 hari, dan setelah bergelut dengan kelamnya Munasa akhirnya panitia membawa kami kepada titik terang kehidupan, yupsss … Geowisata.

Warna warni Indonesia (Sabang-Merauke) -Munasa.

Kemana kita akan pergi (?) kemanapun asalkan tempat itu mempersatukan semuanya, mengakrabkan semuanya, memberikan dahaga akan batin yang semenjak kemarin sudah runyem dengan riuhnya organisasi, mari kita ngepantaiiiii sejanak.

Kata panitia sih perjalanan kita bakal ngabisin waktu sekitar 6 jam, dari Makassar kita akan menuju arah Timur Sulawesi Selatan yaitu ke Pantai Bira, Bulukumba. 

image


Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.


Berangkat sekitar pukul 08.00 WITA dari kampus UNHAS, sampe di daerah Jeneponto jam 11.00 WITA, disini kami istirahat, sholat, dan makan. Ada 1 hal yang unik dari tempat ini, COTO (?), iya coto … Apa bedanya sama yang di Makassar (?) Bedanya itu dari dagingnya, kalau di Makassar itu daging sapi, kalau disini itu daging kuda, hmmm … makanan pembangkit gairah para lelaki, brrr ….

Shalat Jum'at dulu …

image

Rest area Jeneponto …

image

image

Konro Kuda …

image

Kuda asli Bulukumba …

Sekitar pukul 15.00 WITA kami sampai di Bulukumba, saatnya pembagian kamar … 


image

Korban Munasa, Pantai Bira …


image

Hotel Pinggir Pantai …

image

Jagalah Kebersihan …


image

Home Stay …


image

Nongs di Pantai …

image

Pagi ngepantai dulu …

image

Pasir Putih Pantai Bira …


image

Stay Cool …

image

With Sensei “Field Carbonate”…





image

Maen Pasir …

image

Bersihnya …

image

Panorama Bira …

image

Reef Everywhere …

image

Maen dulu lah …

image

Snorkeling …

image

Reef …

image

Reef …

image

Underwater …

image

Pulau Kambing …

image

Penyu …

image

Dipaksa Selfie …

image

Indahnya …

image

Renang dulu lah …

image

Ombaknya mantep brur …

image

Pasir Pink …

image

Mantep Banget …

image

Mandi Seger …

image

Subhanallah …

image

KeindahanNya …

image

Single Fighter …

image

Foto sendiri :(

image

Timer …

image

Pasir Empuk …

image

Tenangnya …

image

Menikmati Senja …

image

Foto Dulu …

image

Senja Bira …

image

Lets trip and Fun …

image

Selfie …

3 hari 2 malam di Bira memberikan pengalaman yang luar biasa, bahwasanya keindahan ciptaanNya memang tiada tara, sudah sepatutnya sebagai manusia kita menjaga dan mencintai alam seperti kita mencintai diri sendiri.

Thanks to Allah, thanks to our family, thanks to all friend geology. -Salam hangat dari Bira.