Selasa, 22 Oktober 2013

PENDAKIAN GUNUNG SUMBING 3371 MDPL

Penunggu Puncak Angkara Mt Sumbing

image

Puncak Gunung Sumbing 3371 Mdpl


"Disaat kita sudah tak tau lagi arah tujuan, berpasrahlah seutuhnya kepada Sang Maha Pencipta, karena dengan demikian Allah akan memberikan solusinya disaat rasa pasrah, ikhlas, sabar dengan penuh do’a bersatu dalam keyakinan yang hakiki. Dan pertolonganNya tidak akan lebih atau kurang, melainkan tepat pada waktunya"


Trek yang harus di Perjuangkan !!!

29-September-2013 perjalanan dimulai, sebuah pendakian yang sudah lama dalam angan kini sudah tercurahkan. Sumbing adalah saksi perjuangan dan jawaban dari sebuah keyakinan. Gunung Sumbing adalah gunung tertinggi ke-2 di Jawa Tengah setelah Gunung Slamet, dan menjadi perbatasan 3 kabupaten, Magelang, Temanggung dan Wonosobo. Sumbing merupakan saudara dari Sindoro, karena letaknya yang bersebalahan dan bentuknya yang hampir sama. Namun demikian mereka berbeda, karena pada dasarnya Sumbing lebih tinggi dari pada Sindoro, walaupun keduanya memiliki Kawah yang sama-sama aktif, akan tetapi kawah Sumbing tidak seaktif kawah Sindoro.

Perjalanan kali ini gua ditemenin dua sohib dari Geologi, yang gak lain adalah Galang Virgiawan dan Baihaqi Fahmeiza Yusuf. Dan mungkin ini adalah pendakian ke-2 gua sama mereka, Galang waktu naik Gunung Slamet dan Baihaqi sewaktu naik Gunung Lawu. Awalnya gua mau naik bersepuluh “buset banyak banget”, cuma sayangnya ke-8 rekan gua itu tiba-tiba di cancel karena ada urusan mendadak “horee … gugur”. Berarti tinggal gua sama galang … Gimanapun gua gak akan pernah diijinin sama ortu gitu brur kalau naik gunung cuma berdua, maka dari itu gua ajakin sohib gua Baihaqi. Walaupun waktu itu dia udah keliatan capek banget, cuma akhirnya dia setuju, entah jin apa yang udah masukin dia, kalau gua jadi dia sih mendingan gua tidur aja di kasur “ngorokkkk”.

Berangkat dari Sumurboto 1/13, Tembalang, Semarang, kita berangkat pake 2 motor malem-malem, dan waktu itu udah sekitar jam 19.30 WIB, dan faktanya adalah perjalanan Semarang ke Basecamp Garung di Wonosobo sekitar 3 jam, berarti kita sampe basecamp jam 22.30. Yang jelas perjalanan malam itu dingin parah brur, soalnya malem itu kita lewat Bandungan yang notabene dataran yang tinggi dengan suhu yang lumayan dingin, belom lagi ditambah kabut “lengkap banget dah penderitaan ini”.

Akhirnya setelah 3 jam perjalanan kita sampe juga di pos Garung, Wonosobo. Sesampainya disana, kita langsung daftar, naro motor, check perlengkapan, dan kumpul siap-siap buat ngedaki. Satu hal kita lupa dari pendakian kali ini, yaitu hal yang vital dan biasanya harus dibawa, gak lain adalah secarik kertas bernama “Peta”. Waktu itu kita gak nyadar kalau kita bener-bener gak punya peta, dengan rasa yakin dan cuma pake insting kita berangkat bertiga.

image

Peta yang seharusnya kami bawa …

Malam itu cuaca sangat dingin brur, kita ngelewatin pemukiman warga dulu sebelum masuk ke pendakian awal. Setelah melewati pemukiman, akhirnya kita masuk ke perkebunan warga, dan malam itu bener-bener gelap dan kita gak ngerti jalan mana yang bener. Waktu itu kita mutusin buat nyoba jalan baru dari jalur pendakian garung ini, jujur diantara kita bertiga belum ada satupun dari kita yang pernah ngedaki Sumbing, jadi kita cuma bisa berdo’a dan pake feeling kita buat nyari jalan mana yang bener.

Faktanya adalah kita udah hampir 2 jam jalan, tapi belum juga nemuin pos pendakian. Malam itu gak ada orang yang bisa kita tanya, yang ada cuma suara burung hantu, suara angin, dan suara obrolan kita bertiga ditengah hutan belantara. Tiba-tiba kita seolah - olah terus berjalan kearah Selatan, dan ternyata kita gak nemuin jalur trek yang bener, malahan perkebunan tembakau dan sayuran punya warga yang kita lewatin.

Saat itu kita berhenti sejenak, dalam kondisi yang udah lelah karena berjalan berjam-jam kita baru kesadar, ternyata kita bener-bener tersesat. Tapi waktu itu kita gak berhenti gitu aja, bayangin aja sama lu … pendaki amatir yang gak ngerti jalan dan belum pernah ada yang naik gunung ini sebelumnya, semua udah kayak gak ada harapan. Karena udah capek banget dengan perjalanan yang gak jelas ini, akhirnya kita istirahat sejenak, gua sempet khawatir juga sama kondisi haqi yang emang dia lagi kurang vit dan kita paksa buat terus jalan, tapi kita bersyukur karena kita gak nyerah gitu aja.

Malam itu kita terhenti, karena suara anjing melolong memecah kesepian malam, dan tiba-tiba angin gak karuan menerjang berhembus seliwir ke arah pandangan. Saatnya galang yang memimpin jalan, dan malam itu kita ngelewatin trek yang sebenernya emang bukan trek pendakian, melainkan trek petani itupun bener-bener ditumbuhin sama rerumputan dan ilalang yang lebat banget. Apa daya, kita gak mungkin istirahat malam itu dengan tempat yang kayak gitu “Hutan belantara, dengan semak yang lebat, dan jurang disampinganya”. Firasat gua udah gak enak waktu itu, karena malam itu kita jalan gak cuma ber-3, dan ternyata bener dibelakang dan disamping kita udah ada yang terbang kesana kemari melewati pepohonan yang rindang, waktu itu gua mengabaikannya karena tujuan kita adalah tetep fokus mencari jalan keluar.

Tiba-tiba setelah itu Galang yang mimpin perjalanan terperosok masuk ke lubang yang ternyata itu adalah jurang … “tolong fli, tarik tangan gua” Dengan panik Galang minta tolong, dan gua dengan sigap ngulurin tangan gua buat narik Galang … "Alhamdulillah ya Allah". Sekarang saatnya Baihaqi memimpin perjalanan, saat itu kita udah berjalanan lebih dari 1.5 jam kemudian, dan faktanya kita masih berputar-putar di semak belukar. Dan ternyata dari tadi gua baru nyadar yang kita lewatin itu gak lebih dari perkebunan, semak-semak, hutan, dan itu terus berulang. Sepengetahuan gua kalau misalkan kayak gitu artinya kita cuma berputar dibagian yang sama.

Akhirnya beberapa saat kemudian kita nemuin trek yang turun, entah itu bakal ngebawa kita kemana dan kita udah gak ngerti lagi kemana kita harus jalan. Akhirnya kita ber-3 mutusin buat ngecamp ditengah-tengah hutan, berharap besok kita ketemu orang yang bisa kita tanya trek pendakian Sumbing sebenernya. Tendapun selesai didirikan, artinya malam itu kita ngecamp dan mengistirahatkan tubuh yang bener-bener udah gak bertenaga, kita cuma bisa berdo’a besok bakal ada jalan keluar tanpa mikir macem-macem.

Malam itu tidur kita gak begitu nyenyak, sesekali gua terbangun, begitu pula Galang. Disini yang tidur nyenyak cuma Baihaqi brur, mungkin emang dia kecapean banget. Malem itu suara perempuan tak henti-hentinya berhenti, meriungi camp yang kita dirikan hingga pagi menjelang.

Strawberry hutan.


Trek menuju puncak …


Alhamdulillah hutan yang semalam bener-bener gelap, kini kembali terang. Gua, haqi dan Galang packing dan siap-siap buat ngelanjutin perjalanan, cuma satu yang kita bingung pagi itu “harus kemana kita berjalan”. Pagi itu bener-bener udah capek maksimal, dan kita beruntung bertemu sama ibu-ibu yang hendak mencari kayu bakar, akhirnya ada orang yang bisa kita tanya, “bu, jalan trek Garung itu kemana ya bu?” Baihaqi tanya sama ibunya, “loh, kalian kok bisa sampe sini nak !” ibu itu terheran dan bertanya-tanya kok bisa kita sampe tempat ini, “memang ini dimana bu, dan sebenernya trek Garung itu dimana?” Galang spontan meneruskan pertanyaan, dan ibu itupun menjawab “Kalian pasti tersesat ya nak, trek garung itu di sebelah bukit ini, dan ibu juga heran kok kalian berjalan jauh sekali dari trek Garung” . Dari jawaban ibu itu kita bener-bener kaget, entah apa yang terjadi semalem, dan akhirnya kita disuruh sama ibunya buat turun kebawah dan memutar balik arah ke sebelah kanan. Dan kita ketemu dengan mas-mas yang lagi nyari burung, dan yang dijawab masnya saat kita ngajuin pertanyaan yang sama itu sama kayak jawaban dari ibunya, dan akhirnya masnya nunjukin jalan yang semestinya. Alhamdulillah ternyata bukit yang kita daki ini berada di pertengahan trek 2 dan 3. Saat itu kita yang udah bener-bener down, bersemangat kembali mendaki puncak Sumbing. Dan gak lama kemudian sampailah kita di Pos 3 “Pestan”.


Nutrijel di siang hari itu sedaapppp …


Emang maknyusss ini Spagetttttiii …..

Waktu udah nunjukin jam 11 siang, sedan gkan kita baru sampe pos 3. Tapi kita bersyukur, karena akhirnya kita bisa nemuin trek pendakian yang sesungguhnya. Akhirnya kita mutusin buat diriin tenda dan masak logistik yang kita bawa. Terpilihlah menu spageti dan nutrigel “Yum,yum,yum”. Sehabis makan, gua sama Galang siap-siap buat ngedaki sampe puncak, dan masing-masing cuma bawa satu botol air mineral 650 ml, sedangkan baihaqi istirahat di Camp, karena kondisi badan yang udah gak memungkinkan buat naik lagi.


Treknya lumayan brur …

Ok gua sama Galang udah siap buat ngedaki sampe puncak, dan dengan Bismillah akhirnya kita melangkahkan kaki selangkah demi selangkah buat sampe puncak Gunung Sumbing. Pendakian ini gak mudah seperti yang dibayangkan brur, karena kita udah bener-bener dalam kondisi lelah dan material lepasan dari mulai pasir sampe kerakal jadi tantangan buat kita Dan tak lama kemudian akhirnya kita bisa menginjakan kaki diatas puncak Mt Sumbing 3371 Mdpl. Syukur Nikmat yang Luar Biasa, karena sang Maha Pencipta mengijinkan kita menikmati keindahanNya di Puncak tertinggi ke-2 di Jawa Tengah ini.


Puncak Angkara Gunung Sumbing …

Setelah menikmati keindahan di atas puncak angkara, akhirnya kita memutuskan buat balik ke Pos 3 lagi, nemuin Baihaqi dan Packing buat balik. Yang jelas waktu itu udah sekitar jam 3, dan perjalanan turun itu sekitar 3,5 jam. Kita pulang ngikutin jalur trek yang memang seharusnya, dan ternyata setelah 3 jam perjalanan kita masih berada di kawasan hutan, dan saat kita sampe perkebunan warga, adzan magribpun berkumandang dan hujanpun membasahi tubuh kita yang bener-bener udah lelah maksimal. Alhamdulillah gak lama setelah kita jalan, walau badan udah basah ketimpa air hujan, sampe juga kita dipemukiman warga sebelum langit bener-bener gelap.


Keep Spirit …


Stay Cool …


Kawah, Awan dan Kebebasan …


Udah matipun Edelwis selalu cantik brur …


Bruder Galang Virgiawan …


Baihaqi Fahmeiza Yusuf …


Akhirnya kita sampe juga ditempat Mie Ayam dan beristirahat sejenak sembari membasuh kepala kita yang tadi kena air hujan supaya gak masuk angin. Segelas teh hangat dan susu hangat menemati istirahat malam itu. Setelah balik ke basecamp kita langsung cabs ke tempat Om gua, yakni di bawah kaki Gunung Sindoro. Tapi yang jelas kita gak akan naik Sindoro besoknya, kita cuma istirahat karena hari udah malem, karna gak mungkin kita balik ke Semarang dengan kondisi yang bener-bener capek dan udah ngantuk berat. Akhirnya kita sampe di rumah om, makan, mandi dan lanjut dengan isitrahat bertepar ria ditemani sejuknya udara kaki Gunung Sindoro.

"Sebuah keyakinan yang hakiki tentulah akan menghasilkan hal terbaik, yakinlah dalam perjalananmu, bahwa Allah akan ada senantiasa disampingmu ketika engkau mengingat dan menyebut namaNya”

Thanks buat Galang dan Baihaqi yang udah mau nemenin dan melewati perjalanan panjang, menantang, dan penuh dengan emosi serta semangat. Tapi pada akhirnya tujuan baik akan berakhir baik, seperti itulah perjuangan kita menggapai puncak Sumbing. Thanks to all and See U Next Trip.