Kamis, 07 Agustus 2014

10 Tips Backpacker ke Gunung Rinjani, Lombok

Bulan Agustus merupakan bulan yang cocok buat dijadiin ajang traveling, kenapa demikian ? Karna dibulan ini wisatawan asing banyak berkunjung ke negara kita, Indonesia. Lantas apa urusannya? Banyak hal yang bisa kita dapet dalam hal ini, selain bisa berinteraksi langsung dengan mereka, kita juga bisa mengetahui banyak hal unik tentang kebiasaan turia tersebut, dari mulai selera makan, beeinteraksi, hingga bagaimana cara mereka dalam menikmati alam.
Lombok adalah tempat favorit para turis mancanegara untuk berkunjung, selain untuk menikmati pesisir pantainya yang indah, untuk sekedar diving, snorkeling, atau surfing sekalipun, lombok juga dikenal sebagai lokasi hiking terbaik di Indonesia, yakni di Gunung Rinjani.
Ada 10 tips buat temen-temen yang sekiranya mau backpacker kesana, tentu ini akan cukup membantu :

1. Pastikan kondisi badan fit 100%
- Kondisi badan yang sehat sangat diperlukan dalam hal ini, yakni backpacker. Karna, perjalanan panjang akan ditempuh dalam jarak yang jauh, khususnya untuk teman-teman yang berada di pulau luar NTB dan Bali.
2. Catat akomodasi perjalanan sebaik mungkin
-Hal ini diperlukan supaya kita tau, kendaraan apa saja yang harus dinaiki hingga sampai ke lokasi
3. Bawa alat mendaki selengkapnya
- Apabila hendak mendaki maka yang utama dibawa adalah alat pendakian, maka dari itu bawalah alat selengkap mungkin, sehingga memudahkan proses pendakian.
4. Coba lihat referensi catatan perjalanan dan pendakian
- Hal ini diperlukan supaya kita mengetahui rute mana yang akan kita tempuh, serta kita dapat melihat gambaran seperti apa trek pendakian yang akan kita hadapi nanti.
5. Siapkan budget yang memadai
- Backpacker artinya menghemat, namun yang pasti bawalah uang yang mencukupi, jangan sampai kita malah kesulitan diperjalanan pada saat dana yabg dibawa tidak mencukupi, nekad boleh tapi perhitungkan segalanya dengan baik sebelum melakukan perjalanan.
6. Bawa obat pribadi
- P3k selalu penting dalam perjalanan, maka dalam hal ini cobalah untuk membawa alat p3k dan obat yang diperlukan. Hal ini dilakukan untuk mencegah cidera dan kondisi badan yang tidak fit.
7. Hati-hati dengan c*a*l*o
- Kenaikan tarif berlipat seringkali dialami orang yang tidak mengetahui tarif normal suatu angkutan, maka dari itu bacalah referensi tarif kendaraan yang ada, kemudian pintarlah bernegosiasi, jangan sampe anda dibohongi.
8. Pahami peta lokasi yang dituju dengan baik
- Bawalah peta atau sedia map digital dari ponsel, hal ini digunakan untuk mengetahui arah serta fasilitas umum yang ada di daerah tujuan, seperti tempat ibadah, puskesmas, dll.
9. Iritlah diawal perjalanan
- Hal ini dilakukan supaya uang tersimpan cukup banyak, untuk persiapan esok harinya.
10. Bawalah perbekalan yang mencukupi selama pendakian
- Logistik sangatlah penting dalam pendakian, apakagi hal itu diperlukan untuj beberapa hari, karena mendaki gunung Rinjani tidak cukup 1-2 hari, maka dari itu bawalah makanan dan minuman yang cukup.

Semoga tips seadanya ini bermanfaat untuk liburan teman-teman yang hendak mendaki gunung Rinjani. Good Luck !!!

Minggu, 03 Agustus 2014

Pendakian Gunung Sanggabuana


PENDAKIAN GUNUNG SANGGABUANA 1290 Mdpl

"Ada yang berbeda dari pendakian kali ini, semuanya terasa lebih dekat, jauh lebih sunyi, senyap, keyakinan diri yang hakiki menjadi kunci penentu kaki melangkah, dzikir dalam hati yang meyakinkan semuanya, menyebut asmaNya membuat hinar binar gelapnya hutan menjadi bercahaya, dan jalan menuju puncak kini terbuka selebar-lebarnya, Alhamdulillah"

image

Puncak Sanggabuana …


Tersesat atau Hilang ?


Cikampek, 16 Juli 2014 pukul 20.00 WIB

Malam itu entah apa yang merasuk ke dalam benak untuk menjawab rasa penasaran tentang satu tempat yang belum sempat gua kunjungi. Sudah lama rencana yang akhirnya menjadi wacana, Gunung Sanggabuana yang hendak ingin didaki hanya menjadi khayal dalam mimpi semata.

Malam itu akhirnya gua berencana buat mendaki Sanggabuana, benak itu pula yang akhirnya membawa gua untuk mengabari teman yang ada di Karawang untuk ikut serta mendaki esok hari. Kesepakatan awal meyakinkan kami untuk berangkat di hari Senin nanti, namun semua berubah, karna satu hal yang gua takutin, ini hanya akan menjadi wacana kembali.

Kesepakatan baru telah dibuat, hasutan akhirnya dilancarkan, supaya teman gua mau buat berangkat besok sore dan mendaki esok malam.

Karawang, 17 Juli 2014 

Setelah janjian, akhirnya gua bergegas buat berangkat menuju lokasi, Gunung Sanggabuana, Karawang. Gunung Sanggabuana merupakan gunung satu-satunya yang ada di Kabupaten Karawang, dengan ketinggian 1229 Mdpl gunung ini menjadi pembatas 4 Kabupaten, yaitu Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Purwakarta.

image

Mau Kemana ?

Dengan peralatan seadanya, satu dom, dan tas ransel berisikan makanan buat kami sahur, dengan sedikit tekad malam itu kami sudah bulatkan hati untuk mendaki.

Perjalanan menuju lokasi sekitar 2 jam dari Kota Karawang ke arah barat menuju kecamatan Pangkalan, Loji. Dengan sepeda motor akhirnya kami tiba juga di posko awal pendakian sekitar pukul 18.45 WIB.

Posko Pendakian Gunung Sanggabuana, 17 Juli 2014 Pukul 19.20 WIB

image

Parkir dulu …

Selepas shalat Magrib dan Isya akhirnya kami bersiap untuk segera bergegas mendaki malam itu. Satu hal yang pasti, gua dan mas Angga gak ada yang tau trek pendakian ini, maklum, kami berdua belum pernah naik gunung Sanggabuana sebelumnya. Nekad? Gila? Bodoh? tidak, malam itu kami dalam keadaan sadar dan tau resiko yang kami ambil.

Rencana hanyalah rencana, pendakian tetap dilanjutkan. Namun, hal yang tak direncanakan terjadi, mas Angga tiba-tiba sesak nafas. Untung saja waktu itu kami baru beberapa puluh meter dari posko awal. Pendakian ini tidak dapat dilanjutkan, karna gua gak mau sesuatu lebih buruk dan tak diinginkan terjadi.

"Gimana mas? Masih Kuat?" Tanya gua ke mas angga.

"Masih fli, tapi dada sesek nih …" Jawab mas angga sambil neken dadanya.

Gue sejenak diem dan ngebiarin mas Angga supaya bisa atur nafas dan relax, namun situasi bukannya membaik malah menjadi semakin buruk. Bulu kuduk gua tiba-tiba berdiri, seraya meyakinkan kalau gua harus segera bawa kami menuju posko pendakian awal. “Ada hal yang gak beres?” tanya gua ke dalam hati.

"Mas, berapa persen keyakinan Mas Angga buat lanjut ngedaki?" Tanya gua gemeteran karna dingin.

"50:50 fli", Jawab Mas Angga jujur.

Karna gua juga udah ngerasa was-was dengan situasi yang ada, kekhawatiran gua yang takut akan kami tersesat karna gak ada yang tau jalan, dan bulu kuduk yang semakin gencar berdiri diiringi hembusan angin dari arah barat yang dari tadi meniupi kearah kami.

Bulu kuduk berdiri ? Ada apa? Apa yang sebenernya terjadi? Apa yang sebenernya ngeganggu? Apa yang buat mas Angga gak yakin buat lanjut? “Pertanyaan ini bakal gua bahas di tulisan selanjutnya. Insyaallah.”

Akhirnya, kami berdua memutuskan buat kembali ke posko, dan malam itu terasa lenyap dengan rasa kekhawatiran dan keanehan yang kami berdua rasakan dipendakian yang baru beberapa langkah tadi.

Yang jelas gua gak akan nyerah, besok gua harus ngedaki sampe puncak, gak peduli sendiri, gak peduli haus, gak peduli kesesat, yang jelas gua yakin bahwa hari esok gua harus bisa sampe di Puncak Sanggabuana.

Posko Pendakian Gunun Sanggabuana, 18 Juli 2014 Pukul 05.20 WIB

image

Pagi yang cerah …

Pagi itu gua dan mas Angga terpaksa sahur dengan makanan seadanya, lumayanlah masih ada biskuit sisa semalam. Usaha yang bisa gua lakuin adalah minum sebanyak-banyakya, karena yang jelas badan ini pasti butuh asupan air mineral yang banyak.

Selepas shalat shubuh gua dan mas Angga segera bergegas mencoba kembali pendakian yang belum kami tuntaskan. Do’a gua shubuh tadi cuma satu, supaya diizinin sama Allah bisa sampe puncak Sanggabuana.

image

Trek awal …

Pendakian kali ini gua cukup beruntung, karna gak harus bawa beban berat dan tanpa bawa minuman, karna hari ini masih Ramadhan, dan artinya puasa harus tetap berjalan. Dengan nenteng kamera kesayangan, gua dan mas Angga menjajaki trek yang kami lalui semalam, kali ini berbeda, karena kami bisa melihat jelas medan yang kami lalui.

Awalnya semua terasa mudah, hingga seketika dipersimpangan jalan encok mas Angga kambuh, kali ini gua gak bisa bantu dia, karna kondisinya emang harus diistirahatin.

image

Sawah dan Ladang …

Sial atau Beruntung?

Kedua hal itu gua dapetin di momen ini, beruntung, mas Angga encok, artinya dia gak bisa ikut ngelanjutin pendakian dan langkah kaki bisa gua percepat. Tapi, gua juga ngerasa sial karna pendakian kali ini gua harus uji nyali buat ngedaki sendirian.

image

Spider Mom …

Saat itu mas angga cuma bisa nyemangatin gua buat ngelanjutin pendakian, padahal dalam hati gua terus bergumam antara percaya gak percaya dengan apa yang terjadi. Ngedaki sendirian artinya ngelanggar hukum alam, hukum orang tua gua. Satu nasehat orang tua yang gak pernah gua langgar sebelumnya adalah : KalauNaik gunung syaratnya minimal ada 3 orang yang nemenin.” Kalian pasti paham kenapa mendaki harus ada yang menemani, iya … kekhawatiran hal yang tak diinginkan terjadi, setidaknya ada orang yang bisa dimintai tolong. Tapi yang pasti buat gue, dikala hati sudah mantap dan yakin, maka lakukanlah, sejauh itu baik untukmu.

Note :

"Sejauh mata tetap memandang langit, selalu akan ada jalan untuk menapak, hutan berbisik kepadaku, bahwa dalam sepiku Allah selalu ada dimanapun dan kapanpun aku membutuhkannya dikala hendak tangan terangkat untuk berdo’a dan memujaNya".R.

Apa boleh buat, gua harus melanggar satu nasehat keramat itu, gua merasa berdosa, tapi gak apa-apalah, gua bisa minta maaf sesudah ini, kan bentar lagi lebaran.

Langkah kaki gua pacu terus menerus, meratapi nasib yang harus menerima keadaan bahwa kini gua di hutan sendirian, walaupun seutuhnya gua gak ngerasa sendiri. Monyet-monyet itu dari tadi terus bergelantungan dari dahan ke dahan ngeliatin gua, antara sedih sama seneng kini tercampur aduk. Seneng karna akhirnya ada yang nemenin dan nyautin omongan gua walau itu monyet, sedih karna kenapa monyet yang lebih bisa ngertiin gua disaat kesepian.

image

Lestari Hutanku …

Laba-laba hutan, tupai, kicauan burung, dan suara beruk kini jadi teman setia gua di pendakian kali ini. Gua merasa beruntung mendaki sendirian, ada satu hal yang bikin gua tobat kali ini, gua jadi so alim gitu, so langsung inget sama Allah, sepanjang jalan yang bisa gua lakuin cuma dzikir, soalnya dengan ini gua gak ngerasa kesepian lagi, karna dengan ini gua gak takut kesesat, karna dengan ini hati menjadi jauh lebih tenang.

image

Di Hutan, Sendirian …

2 jam perjalanan telah ditempuh, hutan-hutan lebat kini telah gua lewatin, yang gua liat sekarang adalah kibaran bendera Merah Putih yang berkibar dengan gagahnya di Puncak Sanggabuana, dan saat itu gua disambut sama Coki, Anjing penunggu gunung.


Rumah di Puncak …

Berkibarlah Merah Putih …


image

Terpaksa Selfie …

Sanggabuana bikin gua kaget, karna dipuncaknya ada banyak rumah yang isinya makam. Pada akhirnya gua ketemu keluarga Mang Ukay, yang sudah dari sejak tahun 2003 beliau menetap di puncak Sanggabuana untuk menjaga dan merawat pelantaran makam-makam ini bersama istri dan anaknya.

Oh iya, ada satu hal penting disini, kalian gak usah pada bawa makanan dari bawah, atau minuman banyak-banyak, karna Istri Mang Ukay jualan minuman dipuncak Sanggabuana, tentu buat kalian para pendaki dan penziarah makam. Dari sini juga kita bisa liat Gunung Gede-Pangrango, berarti kalau gue turun kearah barat, gua bakal sampe di Bogor dengan Cepat, kalau kearah Timur gua bisa langsung sampe ke Cianjur, Subhanallah.


Cah Gunung …


Warung Puncak …


Setelah beberapa saat gua beristirahat, akhirnya gua harus segera bergegas turun gunung, karena matahari sudah mulai naik. Alhasil gua mempercepat tempo, karna gua takut kabut sebentar lagi turun, dan yang pasti disini bakal terlihat gelap karna cahaya terhalang kabut dan udara terasa lebih dingin.

Turun, loncat, jungkir, balik, akhirnya gua sampe juga disawah warga, setidaknya gua udah ngerasa aman udah sampe sini dan gak usah khawatir kalau tersesat atau mati kehausan.

Setibanya di Posko, semua ngerasa heran, karna faktanya jam menujukkan pukul 10.00 WIB, yang artinya gua naik turun gunung cuma 4,5 jam, hehehe. Cuma itu gak begitu penting, karna apalah arti kecepatan kalau gak selamat, yang terpenting adalah gua kali ini selamat tanpa kurang apapun, dan gua dapet banyak ilmu di pendakian tak terduga kali ini. Alhamdulillah.

Setelah semuanya usai, istirahat sejenak dan sedikit bercerita pendakian tadi ke Mas Angga, gua akhirnya memutuskan buat segera balik ke Karawang kota. Dengan keringat dan dahaga, gua mencoba buat tabah dan bersabar menghadapi kenyataan kalau buka puasa masih lama.

Catatan pendakian kali ini :

-Jangan Lanjutkan Pendakian Jika Semuanya Tidak Dalam Kondisi Baik

-Jangan membaikan keadaan padahal semua itu buruk

-Jangan mendaki sendirian kalau ngerasa takut buat tersesat

-Bercerita dengan keheningan supaya pikiran tetap ada

-Berdzikirlah, karna itu yang membuat hati nyaman

Thanks for this trip Allah SWT, thanks to my parents, Mas Angga yang setia menemani, warga sekitar Loji, Mang Ukay dan keluarga, Mbah Asep, Monyet, laba-laba, tupai, burung yang setia menghibur di sepanjang pendakian.

See u next trip.