Senin, 12 Desember 2016

Kamis, 17 Maret 2016

Pantai Tropika, Sekongkang, Sumbawa Barat



Pantai Tropika, Sekongkang, Sumbawa Barat

Apa kabar ya mereka (?) 3 bulan lalu di pelosok negeri, para pengejar mimpi, berlari dengan caranya masing-masing, semoga semuanya dalam keadaan baik dan kelak kita dapat berkumpul kembali di waktu dan tempat yang baik pula, Inshaallah. 

Sebuah pantai yang dulu pernah dikunjungi, dan Allah mengijinkan langkah kaki menapaki indahnya alam ini lagi, sudah 2 tahun silam seutuhnya tak terasa, sungguh begitu cepat. Begitu indah lukisanNya, pantai dengan pasir putih, berkolaborasi dengan birunya langit, deru ombak yang saling berganti menerpa karang, hembus angin dalam keheningan membawa kesejukan pada hati, tak ada kata bosan, malah rindu yang terasa hingga kini dan nanti.

image

Perjalanan menuju pantai …

Sumbawa Barat, sebuah pulau yang epic untuk dikunjungi, ia memang tak seramai Bali, juga tidak seterkenal Lombok, tapi justru disinilah surga pantai tersembunyi. Gua bersyukur Sumbawa bukan tujuan utama wisatawan, kenapa (?) karena dengan ini alamnya akan tetap asri, pantai biarlah menjadi pantai, pasir tetap menjadi pasir, jangan sampai beton dan kontruksi merusak segalanya, dan sampah tidak akan berserakan merusak apa yang sudah ada, semoga tetap seperti ini, menjadi lukisanNya yang indah yang sedap untuk dinikmati.

Lokasi Pantai Tropika, Sekongkang, Sumbawa Barat


Lokasi Pantai Tropika, Sekongkang, Sumbawa Barat


Rasanya seperti dejavu, kembali ke Pantai yang sama namun dengan misi yang berbeda. Dulu gua kesini hanya sekedar mampir, melepas penat setelah capeknya naik gunung Rinjani, dan sekarang gua kesini buat ngerefresh otak dari penatnya skripsi. Skripsi (?) ya … sebenernya kembalinya gua ke Sumbawa bukan sekedar buat maen, tapi ada misi penting menyangkut kehidupan kuliah gua. Ibarat ngelawan Raja terakhir, skripsi atau Tugas Akhir adalah misi penting yang harus gua selesaikan, tentu dengan amunisi dan modal yang cukup hingga mengantarkan gua menjadi seorang Sarjana.

image

Semakin dekat …

Sama halnya dengan kedua temen gua ini, Peho dan Haris. Kebetulan mereka sedang Kerja Praktek di tempat yang sama dengan gua Skripsian, ya … Tambang Terbuka Batu Hijau, PT.Newmont Nusa Tenggara. Tambang terbuka emas-tembaga porfiri ini adalah lokasi kami untuk belajar, belajar menjadi Engineer seutuhnya.

Open Pit Mining …

image

Vitamin Sea …

image

With Peho & Haris …

image

Beautifull place, Beautifull momment …

image

Biar dikate anak gaul …

image

Pose dulu …

image

Nelayan lokal …

image

Blue Sea …

image

Epic brur …

image

Mari Pulang …

image

Suveryor Tambang (Peho) …

Saat gua menulis postingan ini berarti gua udah gak lagi di Sumbawa, melainkan di Semarang, menyelesaikan tugas yang semestinya selesai, yang akan membawa gua mendapatkan gelar sarjana gua. Peho sekarang udah ada di Sulawesi, dia melanjutkan tugasnya dan sekarang mungkin dia lagi mulai skripsian juga, sampai jumpa bro semoga kita berjumpa lagi dengan obrolan yang luar biasa.

Gua minta do’anya sama temen-temen, supaya skripsian gua dapat dikerjakan dengan baik, tepat waktu, dilancarkan oleh Allah, dan semoga bermanfaat untuk kehidupan. 

Tetaplah berjalan dan terus berjuang untuk mendapatkan Ridho dan HidayatNya, setiap hari, setiap waktu, hingga hayat menjelang, semoga Allah merahmati setiap langkah baik kita, dan selalu menjadi petunjuk dikala diri tersesat, dan Allahlah tempat memohon ampun, maka berlindung dan berharaplah hanya padaNya.

Thanks for visit my blog brur :)) See u later …



Jumat, 19 Februari 2016

Hai, Jingga ...

Hai jingga, lama kita tak saling sapa, entah rasa telah tiada atau sedang bersembunyi di semak belukar merbabu yang kini sedang menghijau. Seolah aku sedang tersesat ditengah kabut Sumbing yang tebal, tak tau arah tujuan sehingga membuatku terdiam. Melangkahpun kini terasa berat, entah arah itu bisa ditapak atau hanya akan membuat kita tersesat kembali. Aku hanya bisa menyalakan api ini untuk menghangatkan diri, menjaga kamu yang berada dalam pelukan.

Udara semakin menipis, menghirup oksigen kini terasa sukar. Suara burung hantu yang saling saut menemani kesunyian malam itu, ditemani gemercik gerimis rintik dan terangnya bulan tertutup oleh kabut tebal yang menyelimuti area tempat kita akan bermalam.

Hai jingga, taukah kamu, aku disini sedang merindu, merindukan saat dimana kita duduk bersama, bercerita sambil tertawa tentang aku dan kamu, dunia kita, tentang hidup yang seutuhnya harus dijalani dan diperjuangkan. Sudah jam 10 malam, kita harus segera istirahat, untuk memulihkan energi yang terkuras karna berjalan seharian. Semoga bermimpi indah untukmu yang selalu ada di dalam do’aku.

Mungkin saat ini kita belum berjodoh seperti Sindoro-Sumbing, Merapi-Merbabu, Papandayan-Cikurai, Gede-Pangrango, mereka diciptakan dan ditakdirkan berdampingan, hanya kehendak Allah yang dapat memisahkannya, dan dengan kehendakNyalah kita dapat bersama dalam ikatan yang diridhaiNya.

Saat berjalan di kegelapan malam, tetaplah berada disampingku, beristirahatlah ketika kau lelah, mendaki adalah bagaimana caramu menikmati alam bukan untuk menaklukan puncak, karna hidup tidak untuk saling merendahkan dan gunung mengajarkan kita arti pengabdian yang seutuhnya, mengajarkan memberi tanpa pamrih, menjadi makhluk yang bermanfaat untuk makhluk lainnya, karna filosofi hidup seutuhnya adalah tentang bagaimana kita menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama, maka … tetaplah berada dijalanNya dan berbuat baiklah.

Hai jingga, kita tak akan pernah tau masa depan akan seperti apa, kita hanya diajarkan untuk tetap berikhtiar, berdo’a dan bersyukur dengan apa yang diberiNya. Kini malam berganti siang, matahari terbit menggantikan bulan, kabut tebal malam itu sudah hilang digantikan dengan hangatnya mentari, kicauan burung, dan sejuknya udara yang melegakan raga serta penantian yang semoga berakhir indah.

Hai jingga, tersenyumlah, dunia membutuhkanmu untuk tersenyum, karna itu yang akan merubah apa yang ada, membuat gelap menjadi terang, murung menjadi riang, yang membuat hatimu lebih baik dari sebelumnya, buatlah harimu ceria setiap harinya, istiqamahlah dalam menjalankan kehidupan di dunia yang sementara ini, karna hakikatnya tujuan akhir adalah keindahan kekal di akhirat nanti, bersama merajut asa untuk meraih surgaNya.