Minggu, 30 Juni 2013

~Kisah Sendu Kompeni~


~Kisah Sendu Kompeni~

"Sebenarnya keluargaku dahulu hidup bahagia … aku dan keluargaku begitu senang tinggal di negeri ini, negeri yang subur, negeri yang berlimpah ruah dengan kekayaan alamnya. Itulah mengapa bangsaku begitu giatnya menjajah bangsa kalian. Kalian harus sadar, bahwa negeri ini benar-benar kaya, kaya akan Sumber Daya Alam, kaya akan Sumber Mineral, Rempah-rempah yang menyebar ruah, flora dan faunanya begitu beragam, dan banyak hal indah yang terdapat di negeri ini. "


Sisa Peninggalan Bangunan Belanda “Tempat Penyimpanan Mesiu"

"Kompeni" begitulah kalian menyebut bangsaku, dan aku tidak peduli apapun yang dikatan negerimu pada negeriku, yang terpenting adalah hidupku dan keluargaku makmur dan aku bahagia walaupun pada akhirnya kalianlah yang harus menderita. Ayahku seorang prajurit Netherland, maka dari itu aku dan keluargaku memutuskan untuk berlayar mengikuti ayah pergi, karena kata teman ayah di negerimu hidup kami akan sangat makmur, karena betapa bodohnya kalian saat itu … yang mudah ditipu dan diberdayakan oleh bangsaku.

Aku merupakan anak pertama dari dua bersaudara, ayahku seorang tentara Belanda, dan ibuku hanya ibu rumah tangga, perkenalkan namaku Janshen dan aku mempunyai adik perempuan berama Ellin. Oh iya, kalian mengapa kemari berbondong-bondong seperti ini? Jarang aku melihat manusia sebanyak ini datang kemari, palingan cuma penambang saja yang datang biasanya, yang tak lain untuk menambang batu gamping yang ada disini… "Hmm, kami kemari hanya untuk belajar kok Janshen ! Aku dan teman-temanku memang sudah biasa melihat dan mengobservasi singkapan seperti ini, karena kami adalah mahasiswa Teknik Geologi. Maaf kalau kalian terganggu" Jawabku padanya yang penasaran, “Oh iya kamu mau kah bercerita tempat ini dipakai sebagai apa pada zamanmu dulu?"ku lontarkan pertanyaan dan akhirnya Janshenpun menceritakannya walaupun dengan ragu ia bercerita.

"Hmmmm, kau benar-benar ingin tahu sejarah tempat ini Rafli?". Janshen bertanya sembari meyakinkan. “Ia Janshen !, aku sangat ingin mengetahuinya" Jawabku penasaran … Baiklah kalau begitu, tapi kau jangan kaget ya, aku bercerita dengan apa yang aku alami saat itu. Hmmmm … Jadi begini ceritanya, seperti ku jelaskan dari awal dan sepertinya kau juga sudah tau seperti apa bangsamu dulu, yang dijajah oleh bangsa kami sangat lamaaa sekali. Jadi, sebenarnya Bangsaku yang menugaskan ayahku untuk bertugas di tempat ini, tak lain adalah untuk menjaga tempat ini, walaupun faktanya, tak ada yang bisa dikerjakan, karena bangsa kalian tak sedikitpun melawan bangsaku. Tempat ini adalah tempat persembunyian dari bangsaku untuk menyimpan peralatan perang, mesiu, dan alat lainnya tak lain mengantisipasi apabila ada pemberontakan. Walaupun sebagai persembunyian dan tempat tinggal, tempat inipun dijadikan sebagai lahan pertambangan gamping, kau tahu sendirikan batu ini sangatlah ekonomis, maka dari itu bangsaku menambangnya, namun tidak seperti kalian yang seenaknya menambang batuan tanpa memperhatikan lingkungan. Walaupun daerah ini menjadi salah satu tempat tambang, akan tetapi bangsaku lebih bijak dalam menambang, kami menambang hanya pada bagian yang memang tidak di tinggali saja dan memang bagian itu memang harus ditambang karena dekat dengan bangunan dibawahnya.


Benteng tempat Persembunyian …

Oh iya, kau bilang kau itu Pelajar, aku juga dulu sekolah disini, tak lain adalah sekolah untuk anak para tentara dari bangsaku, aku sungguh senang sekolah, karena disana aku bisa bermain, belajar, bertemu teman-teman, dan itu sungguh menyenangkan. Aku diajarkan berhitung, membaca, dan menulis, karena aku tau bangsaku tidak ingin generasi penerusnya adalah orang bodoh, maka dari itu sekolah sangatlah diutamakan, dan kita disana dididik menjadi seseorang yang berilmu. Hari-hariku begitu menyenangkan disini, begitu banyak makanan, begitu mewah rumah yang kami tempati saat itu. Bangunan yang sekarang kau lihat, itu hanyalah bagian kecil dari tempatku dulu, sebenarnya lahan ini dulu begitu luas, namun karena terus-terusan ditambang, maka seperti inilah bentuknya sekarang.

Dahulu keluargaku sangatlah dihormati, karena ayahku adalah salah satu pemegang komando di sini, ia mempunyai anak buah yang banyak sekali, dan aku senang karena setiap pagi mereka menyapa kami dengan sangat ramah. Aku sering sekali dibawakan mereka hadiah, entah itu mainan ataupun apa yang aku senang, mereka sungguh baik rafli. Sepanjang hari hidup kami sangatlah bahagia, hingga pada suatu ketika aku melihat ayah sangat tergesa-gesa sekali, ia begitu tak nampak seperti biasanya … Dia sedang berbincang di kamar dengan ibu, namun lebih terlihat mereka sedang berbisik membicarakan hal yang sangat penting dan saat itu aku mendengarkan pembicaraan mereka, ternyata benar saja hal yang tidak kami inginkan mencuat ke permukaan … kau tahu rafli, disekolah saat guruku menceritakan bahwa negeraku sedang diguncang masalah besar, tak lain adalah tentang kedatangan bangsa Jepang atau Nipon, setelah bertahun-tahun aku tinggal bahagia disini semuanya berubah seketika saat aku diberitahunya bahwa Nippon adalah bangsa yang kejam, yang tak segan untuk menguasai dan menjajah negara yang kaya Sumber Daya Alam seperti Negaramu ini. Hari itu begitu kacau, karena ternyata bangsaku sudah menyerah terhadap bangsa Jepang, dan mereka sudah melokalisir tempat-tempat yang sekiranya vital untuk di duduki … Pada awalnya lokasi kami memanglah sangat aman, berhari-hari kami bersembunyi dengan ketegangan yang luar biasa, aku begitu takut … Namun ibuku selalu menenangkan kami, aku dan adikku supaya jadi anak yang pemberani seperti ayah.

Hari sebelumnya terdengar kabar, bahwa bangsa Jepang sudah menguasai titik-titik vital di negaramu ini, dan membantai habis tentara dan keluarga dari bangsaku, aku begitu tercengang mendegar hal tersebut, mereka begitu kejam dan menjijikan. Saat itu ayah berbincang kepada ibu dan kami boleh mendengarnya, ayah mengajak kami untuk pulang ke Netherland, namun faktanya seluruh pelabuhan yang ada sudah dikuasai oleh mereka bangsa Jepang, kami tak tahu harus berbuat apa, hal yang bisa kami lakukan hanyalah berdo’a kepada Tuhan, semoga ada keajaiban dan kami bisa lolos dan kembali ke tanah kelahiran kami. Namun itu hanya angan-angan saja, saat malam itu semua berubah menjadi kacau, karena ternyata persembunyian kami sudah diketahui oleh bangsa Jepang, saat itu aku adikku dan ibukku bersembunyi di kamar, sedangkan ayah ikut berperang dan menjaga kami. Kau bayangkan betapa takutnya aku saat itu, suara tembakkan dan bom tak henti silih bergulir memecah kesunyian malam. Teriakkan rasa sakit aku dengarkan, bahwa ternyata memang benar Nippon sudah menguasai tempat persembunyian ini. Beberapa jam semua begitu sunyi, dan tak terdengar lagi suara tembakan yang tadi begitu ramai … Adikku Ellin menangis tak hentinya, namun ibu terus menenangkannya untuk tidak menangis … Beberapa menit setelah itu, terdengar suara pintu terbuka, dan ada orang yang mulai menjajaki tangga rumah kami, aku begitu takut dan memeluk erat-erat ibuku, ibu sebenarnya memegang pistol yang diberikan ayah untuk berjaga-jaga, namun apalah daya, ibu adalah perempuan yang benar-benar baik, namun dia belum pernah sama sekali memegang pistol seperti itu, apalagi berperang. Saat pintu kami terdobrak dengan kerasnya “Darrrrrrrr", aku hampir berteriak dan langsung memeluk ibukku, sampai akhirnya kaki besar menghampiri tempat persembunyian kami saat itu, dan dilihatlah kearah bawah tempat tidur dan mereka sembari menyaut seolah memberitahukan bahwa kami sudah ditemukan “Hey mereka ada disini, kemari semuanya !!!" salah satu tentara menyeru kencang. Semuanya berkumpul dan menyeret kami keluar, aku sudah tidak mau lagi membuka mataku, ibukku dan adikku dibawanya keluar sembari dijambak rambutnya dan di seret sambil ditendang-tendang, yang bisa aku lakukan hanyalah menangis dengan kencang karena rasa takutku yang sudah menguasai diriku, aku begitu emosi melihat adikku dan ibukku disiksa oleh mereka, namun apalah daya, aku hanyalah anak kecil yang tidak dapat melakukan apapun. Mereka sungguh kejam dan sangat kejam, mereka tidak perduli itu anak kecil atau seorang ibu, mereka memang biadab, membinasakan semuanya tanpa terkecuali.

Aku sudah pasrah dengan semuanya, aku masih kecil dan sebenarnya aku masih ingin bermain dan bersekolah, aku masih ingin membantu ibukku memasang, dan mengajak adiiku belajar, aku masih ingin berkumpul bersama keluargaku, dan berlari dengan teman sekolahku. Aku cinta kalian ayah, ibu, Ellin, aku cintaaa kalian, maafkan aku karena tidak dapat menjaga dan melindungimu bu, ellin. Hatiku berbincang dengan ragaku saat itu, pikiranku sudah entah kemana, yang ada hanyalah Ibu, ayah, dan Ellin, aku begitu takut, aku menghawatirkan ibu dan Ellin. Dan tak lama kemudian terdengar suara tembakkan, dan itu pasti berasal dari tempat ibukku di sekap, dan aku hanyalah bisa menangis dengan kencang dan memohon supaya aku dibebaskan oleh Nippon biadab ini. Akhirnya tak lama kemudian, tangisanku berhenti oleh sembilah samurai tajam yang menyayat kepalaku, yang membuat kepalaku terpisah dengan badanku seketika.

Itulah kisah keluarga yang awalnya hidup bahagia dan berakhir dengan kisah tragis penuh darah dan luka. Rasa dendam yang kami tuai dan luka yang mendalam masihlah melekat hingga kami mencapai ujung hayat, tak akan bisa terima dengan apa yang terjadi saat itu. “Janshen, walaupun hal itu berat untukmu dan bangsamu, namun terimalah takdir yang sudah ada, walaupun itu menyakitkan, dan terima kasih sudah mau bercerita kepadaku tentang kisahmu dan bangsamu, terima kasih. Aku dan teman-teman mau pergi dulu ketempat selanjutnya, saat aku ke Bayat nanti, dan apabila aku ke singkapan ini lagi, semoga kau tak segan untuk menyambut kami, kami disini sedang belajar, maaf apabila kalian terganggu, terimakasih" … . “Rafli, kalian tidak mengganggu kok, soalnya maksud kalian itu baik, raih mimpi-mimpimu jangan pernah menyerah, dan teruslah belajar, karena hal itu sangat menyenangkan, terima kasih sudah mampir ke tempatku dan keluargaku, hati-hati" …

Dan setelah percakapan itu, memang benar dengan apa yang aku rasakan saat sampai di lokasi ini, begitu penuh dengan rasa yang begitu menyakitkan dan rasa dendam yang tak pernah hilang. Semoga mereka tenang disana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar