Rabu, 26 Juni 2013

Nirwana Telah Membayang


“Nirwana Telah Membayang”


~Tempat Ku Bertemu dengan Nirwana~

Sebenarnya ia sama seperti kita, ia menyukai segala sesuatu yang menantang, walaupun ia seorang perempuan bukan berarti ia lemah. Aku bangga dengannya, sosok perempuan muda dengan usianya yang masih 18 tahun, begitu cantik dan ayu, wanita hebat, pemberani, yang memberikan inspirasi untuk siapapun yang mengenalnya. Dialah Gita, perempuan ini tak kenal rasa lelah, sejak SMA ia menyukai segalanya tentang alam, menurutnya alam itu indah, alam itu penuh dengan cinta, begitu tenang, begitu nyaman, tanpa bising yang ia dengar, hanya kicau burung dan hembus angin yang membawa kesejukan, semuanya indah dan nyata, begitu banyak yang diberikan alam, dan inilah ciptaanNya. Dan ada cerita darinya untukku tentang alam ini “Kau harus mengerti Raf, inilah alam kita … ciptaanNya yang ada untuk dijaga dan dilestarikan, janganlah jadi manusia yang angkuh, yang seenaknya mengeksplorasi alam tanpa fikir panjang. Alam itu seperti manusia, mereka juga punya perasaan, aku selalu benci kepada orang yang menyakiti alam, seenaknya menebang pohon, seenaknya membuang sampah sembarangan, pokoknya seenaknya dan semaunya”. Ada cerita yang membuatku kagum dari sosoknya, ia benar-benar menawan, benar-benar menginspirasi, dan ia memberitahu kan banyak pengalaman berharga yang ia miliki.

“Oh iya Raf, makasih udah datang kesini dan mau berbagi cerita denganku” Gita mengawali pembicaraan. Dulu aku sepertimu, cinta gunung pada pandangan pertama, hehe, begitu cinta dan benar-benar cinta. Aku dikenalkan sama gunung itu sama teman dekatku, dia bener-bener deket, ya walaupun emang yang buat aku cinta sama gunung itu bukan dia, melainkan jiwaku …, saat mencapai puncak, ada kepuasan tersendiri yang benar-benar memuaskan hasrat, disini aku benar-benar bersyukur dan menikmati keindahan tiada tara., dan dari gunung aku belajar, setinggi-tingginya ia berdiri, dia tak pernah sombong bahkan tidak pernah sedikitpun pelit, dia itu baik banget raf, selain dia jadi suplai air minum buat manusia, dia juga yang mengajarkan kita, bahwa “Hidup janganlah merugikan siapapun, tapi bermanfaatlah untuk banyak orang, yakni kebaikanmu akan diingat siapapun walau kau tak akan pernah mengingatnya” …

Aku sungguh mencintai gunung …, dan untungnya aku mempunyai orang tua yang selalu percaya dengan anaknya, mereka benar-benar orang tua yang baik, walaupun sebenarnya itu selalu membuat mereka khawatir, karena aku ini seorang perempuan bukan seperti kamu seorang laki-laki yang bebas kemanapun kamu hendak pergi, tapi aku yakin orang tuamu pasti akan selalu mengkhawatirkan keadaanmu, itulah bukti betapa cintanya mereka terhadap anaknya, maka dari itu janganlah lupa mengabari mereka kemanapun kamu hendak pergi. Jangan sekali-kali kamu membuat cemas orang tuamu raf, apalagi ibu, dia begitu sensitif… Ibu akan tau seperti apapun kondisi kita, sekalipun kita berbohong, dia adalah orang yang gak akan pernah bisa kamu bohongi, dan janganlah kamu membohonginya, karena itu akan menyayat hatinya. Jangan sekali-kali kamu membuat ibumu marah, apalagi hingga menangis, dia itu seorang perempuan, yang harus dijaga, disayang, dan dilindungi, ingat ! hatinya begitu sensitif, jadi … buatlah hatinya senang selalu, buat ia bangga … “namun demikian, ibu akan selalu bangga seperti apapun kita, kondisi kita, dan ia adalah orang pertama yang akan membela kita disaat kita terpuruk, Trust Me !!!”

Oh iya Raf, kalau kamu naik gunung, kamu sukanya naik pas pagi atau malem hari ? hmmm, kalau aku sih senengnya naik gunung tuh masih sore gitu, biar bisa jalan santai, dan yang jelas ngecamp dipuncak dan bakar-bakar makanan, eh bentar kok kamu dateng sendiri, temen-temen kamu mana? lontaran pertanyaan tertuju padaku dan sambil bercanda aku menjawab, “hmmmm, temenku 2 orang udah didepan git, satu orang lagi ada dibelakang, aku tinggalin, hahahaha:” dasar kamu ini … kalau naik gunung jangan sendirian raf, ada waktunya kamu emang lagi fit dan siap ngadepin apapun, dan ada waktunya kamu gak tau harus gimana, dan ngelakuin apa disaat kamu tersesat atau disaat kamu lapar bahkan haus, dengan kondisi gak ada makanan dan minuman sama sekali, itulah fungsinya temen buat ngedaki, bukan berarti kita itu lemah karena harus ditemenin, tapi kita gak tau kapan hal buruk akan menimpa. Aku bilang kayak gini, karena aku pernah ngalamin itu semua raf. Dulu waktu aku hidup, dan waktu aku naik gunung, aku selalu naik gunung sama temen-temen, di sepanjang perjalanan gak pernah terasa sunyi, hanya ada tawa dan canda yang merasuk ditengah kesunyian malam. Waktu itu, ada salah satu temenku yang hiportemia alias kedinginan yang gak normal, aku gak tau apa yang bakal terjadi kalau dia cuma jalan sendiri, waktu itu badannya bener-bener ngegigil, dan terbujur kaku, cuma geretakan dari gigi dan dia susah buat ngomong, pas ditanya apapun dia diem dengan kedinginannya, dia bener-bener bikin cemas semua orang Raf, dan paling gila lagi, dia hampir kehilangan kesadarannya, dia hampir pingsan karena saking dinginnya malam itu, dari udara yang menusuk tubuhnya. Akhirnya kita peluk dia, kita kasih jaket kita sama dia, memberikan kehangatan supaya suhu badannya kembali normal. Alhamdulillah dia masih terselamatkan, setelah kita selimutin dengan sleeping bag dan dipeluk erat sama temen-temen. Aku bener-bener tau disini, seperti apa sahabat sebenernya, sahabat itu “Ia selalu ada disaat seneng maupun sedih, disaat punya pacar maupun jomblo, disaat kita baik maupun sakit, dan dia adalah orang yang membela kita dalam keterpurukan” itulah sahabat, hahaha, “eh ngomong-ngomong soal jomblo, mana pacar kamu, gak diajak naik raf?” dengan polosnya dia bahas soal jomblo … ”hmmm …” belum sempat gua jawab dia udah narik kesimpulan, “hahaha, jangan-jangan kamu jomblo ya? hahahah tenang aja raf, jomblo itu gak berarti gak laku, mungkin belum ketemu, nikmatin alam lebih indah dari pacaran, percaya sama aku :) “horeeeee, gua dihibur” sayang ini orang udah gak ada, coba kalau beneran masih hidup, udah gua tembak saat itu juga -__- …

Oh iya raf, aku pengen cerita sama kamu soal kenapa aku meninggal di gunung ini, gunung teraktif di Dunia, gunung yang benar-benar membawa nikmat untuk manusia yang bersyukur, gunung yang memberikan kesejahteraan. Saat itu dihari sabtu, aku memutuskan buat naik gunung sama temen-temen yang biasa aku ajak buat naik, saat itu aku begitu yakin dengan kondisi fisikku ini, aku ngerasa begitu sehat, dan begitu siap untuk mendaki. Selalu harus kamu ingat raf ! Kapanpun kamu mendaki, selalu kondisikan dulu badanmu memang dalam keadaan sehat, jangan pernah memaksakan. Saat itu aku mendaki sekitar 8 orang, yang jelas kita bawa 2 tenda, kita mulai berjalan dari sore hari dan hendak mendaki dari pos yang kamu tadi mulai mendaki, dari sana kami berangkat. Padahal aku tidak membawa barang banyak, karena tenda dan logistik dibawa oleh temanku yang laki-laki, dan aku hanya membawa barang-barangku, seperti pakaian, dan makanan ringan, itu begitu ringan. Begitu yakinnya aku mulai menanjak, langkah demi langkah kami saling menyemangati. Saat itu ada temanku yang begitu kelelahan begitu kami sampai di pos 1 kami memutuskan untuk beristirahat sejenak, karena aku tau kondisi temanku ini benar-benar kelelahan. Akhirnya setelah istirahat 15 menit kami mulai mendaki lagi, kali ini kami benar - benar kuat dan mantap melangkahkan kaki kami, dan aku terus menyemangati teman-temanku, walau aku seorang wanita, tapi aku tidak mau terlihat lemah di depan mereka, sebenarnya saat itu aku sudah mulai kedingan, tapi aku mencoba untuk teruus mendukung dan menyemangati teman-temanku, karena Apabila kita berangkat berdelapan, maka kita harus sampai puncak dan kembali berdelapan pula, saling menjaga, dan menyemangati” Setelah berjalan 2 jam lamanya akhirnya kita beristirahat lagi, saat itu keadaan sudah mulai sunyi, karena malam sudah menggantikan sore, disini kami beristirahat, minum dan makan-makanan ringan.

“Apabila ada temanmu yang merasa kelelahan, maka hendak berhentilah satu kelompok yang mendaki bersamamu, beri ia semangat, jangan sekali-kali kamu mencelanya, tapi berilah motivasi yang membakar semangatnya” Yang ku tau hanya menjaga dan menyemangati temanku raf, aku gak mau tragedi yang menimpa temanku dulu berulang lagi, aku ingin semuanya selamat, mau sampai puncak ataupun kembali ke rumah masing-masing, karena pada dasarnya ada orang tua yang senantiasa menunggu kabar baik dari kita. 1 jam kemudian kami sudah sampai di tempat kini kau duduk … benar-benar melelahkan … karena malam itu badai mulai menerpa, akhirnya kami memutuskan untuk mendirikan tenda yang kami bawa, namun saat badai menerpa, aku sudah tak sanggup untuk menahan dingin ini, sekilas waktu aku mulai kedinginan, sedikit demi sedikit badanku mulai terasa dingin, dari ujung rambut hingga ujung kaki, saat itu aku mulai tidak dapat mengontrol tubuhku, badanku kali ini benar-benar kaku raf, dan saat itu aku memeluk teman di sebelahku dengan erat, dan teman disebelahku bertanya-tanya “Kenapa kamu git, badanmu sungguh dingin?” saat ia bertanya, aku benar-benar sudah tidak bisa menjawab, namun saat itu aku masih bisa mendengar suaranya, dan aku mencoba untuk tetap sadar, dan mencoba untuk berkomunikasi dengannya, namun apa daya, tak dapat ku ucap satu katapun, yang ada hanyalah mulutku yang menggigil dan aku tak dapat menggerakkan badanku ini, dan saat itu temanku berteriak sambil menangis dan begitu cemas “Tolong … . gita kedinginan, Tolonggggggg” … temanku begitu histeris melihat kondisiku saat itu raf, akupun mulai menangis dan tersenyum … saat itu temanku mencoba melakukan apa yang bisa mereka lakukan, mereka menyelimuti dengan jaket yang mereka kenakan, dan saat itu pula aku dimasukan kedalam sleeping bag yang temanku bawa, badanku saat itu tak kunjung hendak normal. Suhu tubuhku sudah begitu dingin membeku, karena hembusan badai yang terus menerpa, aku tak kuasa menahan dingin yang luar biasa hebatnya menusuk raga ini. Aku hanya mampu berdo’a dan berharap … aku masih diberikan kesempatan untuk hidup oleh Allah. Setelah semua diselimutkan padaku, dan air mata mereka mulai bercucur membasahi wajahnya, teman-temanku begitu histeris melihat kondisiku saat itu, aku hanya mencoba untuk tersenyum, supaya mereka tidak menangis lagi melihatku seperti ini.

Saat itu aku hanya bisa bersyukur mempunyai sahabat yang luar biasa, mereka begitu baik dan benar-benar baik, aku bersyukur dapat menikmati alam yang indah ini, walaupun, jalanku untuk mendaki akan diakhiri di tempat ini, di tempat yang sudah aku cintai, yaitu gunung. Akupun merasa bersyukur, karena Allah mengambil rasa sakit ini dengan cepat … dan sejenak teman-temanku berteriak, dan menyebut namaku … “Gittttttaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa !” … … dan kini aku tau bahwa alam kita sudah berbeda, Dunia kita sudah lain, dan aku tersenyum melihat sahabatku yang kini melihatku membujur terkaku. Aku punya pesan untuk para pendaki raf, tolong sampaikan pesan ini:

~Para Pendaki ~

Kalian diciptakan untuk mencintai alamNya, Dunia ini indah … jagalah kelestariannya, jangan biarkan bumi yang hijau ini berubah menjadi abu-abu, jagalah hutan jangan kau biarkan mereka ditebang dengan seenaknya, karena aku selalu benci melihat hutan yang rindang menjadi gundul dan menjadi tak enak dilihat, aku selalu benci dengan mereka yang merusak, walaupun aku tau itu urusan mereka dan aku tak berhak mencampurinya, namun jangan pernah nilai ini setaun dua taun kedepan, namun apa jadinya anak cucu kita kelak, tak bisa menikmati alam yang indah ini, ini merupakan warisan yang harus anak cucu kita rasakan, ini adalah alam ciptaanNya. Aku tau kalian tau, apa yang harus dilakukan, untuk menjadikan alam ini tetap lestari, aku yakin tak semua dari kalian adalah perusak, karena masih ada kita, yang siap menjaga kelestarian alam ini.

Ada satu hal lagi yang penting ingin aku sampaikan, jangan biarkan temanmu, sahabatmu, saudaramu sendiri mendaki, jangan biarkan mereka sepertiku, tetap temani langkahnya kemanapun ia hendak pergi. Karena kita mendaki bukan soal waktu kita sampai di puncak atau bagaimana, tapi yang terpenting adalah kebersamaan menikmati alamNya. Aku akan selalu yakin pada kalian, para pendaki yang tau bagaimana mencintai alam, yang tidak akan membiarkan sampah berserakan di puncak gunung, yang tidak akan pernah diam apabila ada yang merusak, dan selalu tersentak hatinya ketika ada sesama pendaki membutuhkan pertolongan. Aku yakin kalian akan terus mewarisi kesetian kalian untuk selalu menjaga alam ini, kapada anak dan cucu kalian nanti. Ingatlah alam adalah alam, kita hidup untuk hidup, kita ada untuk menjaga alamNya, ciptaanNya, cintailah, jaga dan lestarikan alam ini. Untukmu para pendaki, dari ku Gita, seorang wanita biasa yang sungguh sangat mencintai alamNya … Bersyukur pada Tuhanmu, karena kau masih diberikan kesempataan hidup untuk menikmati alam yang indah ini.

Salam Lestari dariku ~Gita~ …




1 komentar:

  1. pas ketemu Gita, n dia cerita tentang apa yang dialaminya
    apa yang kamu rasain, tentang kenyataan yang Gita alami
    sedih, nangis, atau terharu?

    BalasHapus