Jumat, 12 Juli 2013

"SURABAYA KOTA PAHLAWAN" part 1


SURABAYA KOTA “PAHLAWAN" part 1

~PERTEMPURAN BERDARAH SURABAYA “10 NOVEMBER"~

Perjalananku kali ini aku putuskan untuk pergi sendiri ke kota yang belum pernah aku kunjungi, kota sejuta sejarah, kota penuh kenangan manis dan pahit, kota dengan karikaturnya yang rumit, kota yang penuh perjuangan, inilah kota yang berada di Timur Pulau Jawa, yang merupakan ibu kota dari Jawa Timur, dan tak lain adalah kota yang penuh peperangan … Kota Sura dan Baya, yaitu SURABAYA.

image

~Monumen Surabaya~

Surabaya merupakan kota terbesar ke-2 setelah Jakarta, dan merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di Pulau Jawa bagian Timur. Surabaya merupakan kota yang penuh dengan sejarah perjuangan, pada zaman penjajahan … bukan hanya satu atau dua pahlawan yang berjuang, lebih dari itu, dan puluhan ribu nyawa melayang karenanya, sebab untuk mempertahankan kemerdekaan tidaklah semudah menjaga domba-domba yang sedang berlarian, ini bukan masalah suka atau duka, tapi harga diri bangsa yang dipertaruhkan.

Sabtu pagi aku berangkat, dengan kereta aku pergi menuju pulau Jawa bagian Timur… Sepanjang jalan ku pandangi awan biru dengan mentari pagi yang tersenyum aku menyapa. Disudut kantin aku terdiam sendiri tanpa ada yang menemani, tak ada kata ragu yang dapat menghentikanku saat itu, karena kereta akan terus berlari diatas rel dengan cepatnya. Hingga kota yang aku lewati terlewatkan, Demak, Bojonegoro, Cepu, Lamongan, hingga akhirnya tiba diperhentianku yaitu Surabaya.

Hendak ku dari kereta dan langsung disambut dengan nyanyian dari stasiun, dengan lantang ia bernyanyi "Surabaya, Surabaya … lalalalala" , akhirnya aku sampai juga di kota ini. Sesampainya keluar ruangan aku berjumpa dengan orang-orang yang menawarkan jasa transportasi "taxi mas taxinya, ojegnya-ojegnya, becak-becak, ayo mas langsung berangkat" lantunan musik demikian bukanlah hal aneh, karena semua itu adalah wajar, untuk mencari nafkah yang halal dan sesuap nasi memang tidak mudah, semuanya butuh perjuangan.

Di Surabaya aku menemui kawan lamaku, tepatnya dia adalah kaka kelasku sewaktu SMA, sebut saja Imam Naufal … saat kami berjumpa dia kaget setengah mati melihatku, merasa tidak percaya karena akhirnya aku mengunjunginya, karena saat itu aku tidak memberikan kabar padanya bahwa aku akan ke Surabaya karena ada keperluan instansi. Akhirnya siang itu aku putuskan untuk menginap di kosannya, tepatnya di belakang kampus terkenal di Surabaya. Keberangkatanku menuju kota ini tidakah mau berujung sia-sia, aku harus mengunjungi tempat-tempat bersejarah disana, sehingga aku putuskan untuk mengunjungi beberapa tempat, karena waktu tidak memungkinkan aku terlalu lama di kota itu. Pilihanku tertuju pada Tugu Pahlawan Surabaya, Monumen Surabaya, Jembatan Merah, dan beberapa tempat kuliner disana.

image


~TUGU PAHLAWAN~


Tugu ini yang menjadi saksi bisu perjuangan, dibuat untuk menghormati pertempuran berdarah di Surabaya saat itu, dengan ribuan nyawa melayang akibatnya. Setelah kemerdekaan bangsa ini belum benar-benar merdeka. Setelah Perang Dunia II berakhir, pada :

~25 Oktober 1945~, 6000 pasukan Inggris-India yaitu Brigade 49, Divisi 23 yang dipimpin Brigadir Jenederal Aulbertin Walter Sothern Mallaby mendarat di Surabaya dengan perintah intinya adalah melucuti tentara Jepang, serta tentara dan milisi Indonesia. Juga mempunyai misi penting yaitu memulangkan tentara Jepang bekas tawanan perang.

~26 Oktober 1945~, tercapai kesepakan antara Bapak Suryo, Gubernur Jawa Timur dengan Brigjen Mallaby bahwa pasukan Indonesia dan milisi tidak harus menyerahkan senjata. Namun demikian terjadi kesalahpahaman antara pasukan Inggris di Surabaya dengan markas besar tentara Inggris di Jakarta yang saat itu dipimpin oleh Letnan Jenderal Sir Philip Christison.

~27 Oktober 1945~, Pesawat Dakota AU Inggris dari Jakarta menjatuhkan selebaran di Surabaya, dan selebarannya berisi memerintahkan semua tentara Indonesia dan milisi untuk menyerahkan senjata. Tentu kita menolak saat itu, dan marah serta menganggap Brigjen Mallaby tidak menepati perjanjian sehari sebelumnya.

~28 Oktober~, Pasukan Indonesia menggempur pasukan Inggris di Surabaya. Pada saat itu yang di lakukan Brigjen Mallaby adalah meminta agar Presiden RI Soekarno dan Panglima pasukan Inggris Divisi 23, Mayor Jenderal Douglas Cyril Hawthorn untuk pergi ke Surabaya dan mengusahakan perdamaian.

~29 Oktober 1945~, Presiden Soekarno, Wapres Mohammad Hatta dan Menteri Penerangan Amir Syarifuddin Harahap bersama Mayhen Hawthorn pergi ke Surabaya untuk berunding.

~30 Oktober 1945~, pada siang hari dicapai persetujuan yang ditanda-tangani oleh Presiden RI Soekarno dan Panglima Divisi 23 Mayjen Hawthorn, dan isi perjanjiannya adalah "Diadakan perhentian tembak menembak dan pasukan Inggris akan ditarik mundur dari Surabaya secepatnya". Kemudian Mayjen Hawthorn dan ke 3 pemimpin RI kembali ke Jakarta.

Pada sore hari di tanggal yang sama, Brigjen Mallaby berkeliling ke berbagai pos pasukan Inggris di Surabaya untuk memberitahukan soal persetujuan tersebut. Namun, saat mendekati pos pasukan Inggris di gedung Internatio, dekat Jembatan merah, mobil Brigjem Mallaby dikepung oleh milisi yang sebelumnya telah mengepung gedung Internatio. Karena mengira komandannya akan diserang oleh milisi, pasukan kompi D yang dipimpin oleh Mayor Venu K. Gopal melepaskan tembakan ke atas untuk membubarkan para milisi. Para milisi mengira mereka di serang dan kemudian membalasnya dengan tembakan. Seorang perwira Inggris, kapten R.C.Smith melemparkan granat ke arah milisi Indonesia, tetapi meleset dan malah jatuh tepat di mobil Brigjen Mallaby. Granat meledak dan mobil terbakar. Akibatnya Brigjen Mallaby dan sopirnya tewas. Laporan awal yang diberikan pasukan Inggris dari Surabaya ke mabes pasukan Inggris di Jakarta menyebutkan Brigjem Mallaby tewas di tembak oleh milisi Indonesia.

Letjen Sir Philip Christison marah besar mendengar kabar kematian Brigjen Mallaby dan mengerahkan 24000 pasukan tambahan untuk menguasai Surabaya.

image


~Semangat Kobaran Api Perjuangan~

~9 November 1945~, Inggris menyebarkan Ultimatum agar semua senjata tentara Indonesia dan milisi segera diserahkan ke tentara Inggris, tetapi Ultimatum diidahkan.

~10 November 1945~

Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya, Mayor Jenderal Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.

image


~Bung Tomo Pahlawan Revolusioner~

Ultimatum tersebut kemudian dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat yang telah membentuk banyak badan-badan perjuangan / milisi. Ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri, dan Tentara Keamanan Rakyat TKR juga telah dibentuk sebagai pasukan negara. Selain itu, banyak organisasi perjuangan bersenjata yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar yang menentang masuknya kembali pemerintahan Belanda yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia.

Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan berskala besar, yang diawali dengan pengeboman udara ke gedung-gedung pemerintahan Surabaya, dan kemudian mengerahkan sekitar 30.000 infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang.

Inggris kemudian membombardir kota Surabaya dengan meriam dari laut dan darat. Perlawanan pasukan dan milisi Indonesia kemudian berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk. Terlibatnya penduduk dalam pertempuran ini mengakibatkan ribuan penduduk sipil jatuh menjadi korban dalam serangan tersebut, baik meninggal maupun terluka.

image


~Semboyan Kemerdekaan~

Di luar dugaan pihak Inggris yang menduga bahwa perlawanan di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo tiga hari, para tokoh masyarakat seperti pelopor muda Bung Tomo yang berpengaruh besar di masyarakat terus menggerakkan semangat perlawanan pemuda-pemuda Surabaya sehingga perlawanan terus berlanjut di tengah serangan skala besar Inggris.

Tokoh-tokoh agama yang terdiri dari kalangan ulama serta kyai-kyai pondok Jawa seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyaipesantren lainnya juga mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai) shingga perlawanan pihak Indonesia berlangsung lama, dari hari ke hari, hingga dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran skala besar ini mencapai waktu sampai tiga minggu, sebelum seluruh kota Surabaya akhirnya jatuh di tangan pihak Inggris.

Setidaknya 6,000 - 16,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. Korban dari pasukan Inggris dan India kira-kira sejumlah 600 - 2000 tentara. Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga sekarang.

image


~Padamu Generadi : TANPA PERTEMPURAN SURABAYA, SEJARAH BANGSA DAN NEGARA INDONESIA AKAN MENJADI LAIN"~


Sebuah pesan yang seharusnya menyentuh kita para penerus bangsa, betapa beratnya perjuangan para pahlawan dan pejuang saat itu, tidak pernah terbayang oleh mereka kelak kehidupan mereka seperti apa, satu yang hal pasti yang ada dalam benak mereka adalah … kemerdekaan yang seutuhnya, demi cinta akan nusa dan bangsa Republik Indonesia. Jiwa dan raga mereka kerahkan seutuhnya, walau peluru menembus kulit, darah menyisir bercak, teruntai teriakan tangis penuh luka, mereka hiraukan demi sebuah Kemerdekaan … Karena yang pasti ada pada saat peperangan adalah MERDEKA atau MATI.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar